BAB
1
LANDASAN
TEORI
A. Latar Belakang
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah
sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi
gangguan pernafasan yang akut dan shock.
Sindrom cairan ketuban adalah sebuah gangguan langka dimana sejumlah
besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Emboli cairan ketuban
adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah
ibu. Yang dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air
ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak
janin, dan musin/cairan kental. yang dapat menghambat pembuluh darah dan
mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Dua tempat utama masuknya cairan
ketuban dalam sirkulasi darah maternal adalah vena yang dapat robek sekalipun
pada persalinan normal. Ruptura uteri meningkatkan kemampuan masuknya cairan
ketuban. (dr. Irsjad Bustaman, SpOG.2009)
Emboli cairan ketuban dapat terjadi bila ada pembukaan
pada dinding pembuluh darah dan dapat terjadi pada wanita tua/ usia lebih dari 30 tahun, sindrom
janin mati, Multiparitas, Janin besar intrauteri, Insidensi yang tinggi
kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban dan kontraksi uterus
yang kuat. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal
dalam waktu 1 jam. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism)
merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1
: 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah
dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat.
Dalam kenyataannya memang emboli cairan ketuban jarang dijumpai, namun kondisi
ini dapat mengakibatkan kematian ibu dengan cepat. Sekalipun mortalitas tinggi,
emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap kasus. 75% wanita
meninggal sebagai akibat langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan
yang tidak terkendali. Meskipun jarang terjadi, tetapi bila edema cairan
ketuban terjadi pada wanita, maka akan menyumbat aliran darah ke paru, yang
bila meluas akan mengakibatkan penyumbatan dijantung, sehinggaa iskemik dan
kematian jantung secara mendadak bisa terjadi. Karena wanita tersebut akan
mengalami gangguan penapasan, syok, hipotermi, Dyspnea, Batuk, Hipotensi
perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia Cardiac arrest. Koagulopati
atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di 83%
pasien.). Risiko emboli cairan ketuban tidak bisa diantisipasi jauh-jauh hari
karena emboli paling sering terjadi saat persalinan. Dengan kata lain,
perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan yang lancar-lancar saja, bukan jaminan
ibu aman dari ancaman EAK. Sementara bila di persalinan sebelumnya ibu
mengalami EAK, belum tentu juga kehamilan selanjutnya akan mengalami kasus
serupa. Begitu juga sebaliknya.
B.PENGERTIAN
EMBOLI AIR KETUBAN
Emboli air ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta
komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen disini ialah
unsur-unsur yang terdapat di air ketuban, seperti lapisan kulit janin yang
terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental.Secara
keseluruhan, insiden berkisar antara 1 dalam 8000 sampai 1 dalam 80000
kehamilan. Di Amerika, emboli air ketuban menempati 10 persen dari penyebab
kematian ibu, sedangkan di Inggris, persentasenya berkisar 16 persen. Sebagian
besar penderita emboli air ketuban yang selamat, menderita gangguan neurologis.Emboli air ketuban dapat terjadi saat persalinan, baik normal
maupun melalui operasi Caesar. Pada saat persalinan, terdapat risiko untuk
terjadinya emboli air ketuban karena banyak pembuluh darah balik yang terbuka,
yang memungkinkan air ketuban masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyumbat
pembuluh darah balik.
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan
ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock. Dua 25%
wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli
cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan banyak kasus tidak terdiagnosis
yang dibuat adalah shock obstetrik, perdarahan post partum atau edema pulmoner
akut. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban
kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat
terobek sekalipun pada persalinan normal ) dan daerah utero plasenta.Ruputra
uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban. Abruption plasenta
merupakan peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan
dengan episode emboli.
Menurut dr. Irsjad
Bustaman, SpOG Emboli air ketuban (EAK) adalah masuknya cairan ketuban
beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen di
sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit
janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan
kental. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism) merupakan kasus
yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1 : 80.000
kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah dilaporkan.
Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat.
EAK umumnya terjadi pada kasus
aborsi, terutama jika dilakukan setelah usia kehamilan 12 minggu. Bisa juga
saat amniosentesis (tindakan diagnostik dengan cara mengambil sampel air
ketuban melalui dinding perut). Ibu hamil yang mengalami trauma / benturan
berat juga berpeluang terancam EAK. Namun, kasus EAK yang paling sering terjadi
justru saat persalinan atau beberapa saat setelah ibu melahirkan
(postpartum). Baik persalinan normal atau sesar tidak ada yang dijamin
100% aman dari risiko EAK, karena pada saat proses persalinan, banyak vena-vena
yg terbuka, yang memungkinkan air ketuban masuk ke sirkulasi darah ibu. Emboli
air ketuban merupakan kasus yang berbahaya yang dapat membawa pada kematian.
Bagi yang selamat, dapat terjadi efek samping seperti gangguan saraf.
C.ETIOLOGI
Patofisiologi belum jelas
diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang fisiologi
antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal
yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan :
1. Kegagalan
perfusi secara masif
2.
Bronchospasme
3.
Renjatan
a. Multiparitas dan Usia lebih dari 30
tahun
Shock yang
dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses
persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit .
Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat
besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
b. Janin besar intrauteri
Menyebabkan
rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun dapat masuk melalui
pembuluh darah.
c. Kematian janin intrauteri
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan
ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyubat aliran darah
ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena
cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat
aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat
menyebabkan iskemik bahkan kematian mendadak.
d. Menconium dalam cairan ketuban
e.
Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi
uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau rupture
uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka
cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan
menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan akan terjadi
gangguan pola pernapasan pada ibu.
f. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan
operasi
Dengan
prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini
dapat terjadi ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.
D.Fisiologi
Ketuban (Amnion) manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar
hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil
yaitu amnion, berkembang menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan
dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap menekan mudigah
yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion.
Cairan
ketuban (amnion) pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya
campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo,
sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm
adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada
kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300
ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi
dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan
amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri
pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar
diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion.
Dengan
bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin
dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai
kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam
memproduksi cairan amnion.
Pada
kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin
janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan
radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan
cairan amnion.
Pada kondisi
dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan
menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin,
seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion
E.
Patofisiologi
Studi-studi
pada primate dengan menggunakan injeksi cairan amnion homolog, serta study yang
dilakukan secara cermat terhadap model kambing, menghasilkan penanaman yang
penting tentang kelainan hemodinamik sentral (Adamsons dkk, 1971, Hankins
dkk,1993, Stolte dkk, 1976). Setelah suatu fase awal hipertensi paru dan
sistemik yang singkat, terjadi penurunan resistensi vaskuler sistemik dan
indeks kerja pulsasi ventrikel kiri ( Clark dkk, 1988). Pada fase awal sering dijumpai
desaturasi oksigen transient tetapi mencolok sehingga sebagian besar pasien
yang selamat mengalami cedera neurologist (Harvey dkk, 1996). Pada wanita yang
bertahan hidup melewati fase kolaps kardiovaskuler awal, sering terjadi fase
sekunder berupa cedera paru dan koagulopati.
Keterkaitan hipertonisitas uterus
dengan kolaps kardiovaskuler tampaknya lebih berupa efek daripada kausa emboli
cairan amnion (Clark dkk, 1995). Memang aliran darah uterus berhenti total
apabila tekanan intrauterine melebihi 35 sampai 40 mmHg (Towell, 1976). Dengan
demikian . kontraksi hipertonik merupakan waktu yang paling kecil
kemungkinannya terjadi pertukaran janin-ibu. Demikian juga, tidak terjadi
hubungan sebab akibat antara pemakaian oksitosin dengan emboli cairan amnion dan
frekuensi pemakaian oksitosin tidak meningkat pada para wanita ini (American
College Of Obstetricians and Gynecologists, 1993).
Pathophysiology
dari EAK yang kurang dipahami. Berdasarkan deskripsi awal, ia berteori bahwa
cairan ketuban dan sel-sel janin memasuki sirkulasi ibu, mungkin memicu reaksi
anafilaksis terhadap antigen janin. Namun, bahan janin tidak selalu ditemukan
dalam sirkulasi ibu pada pasien dengan EAK, dan materi berasal dari janin yang
sering ditemukan pada wanita yang tidak mengembangkan EAK.
Perjalanan
cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin melalui laserasi pada
vena endoservikalis selama diatasi serviks, sinus vena subplasenta, dan
laserasi pada segmen uterus bagian bawah. Kemungkinan saat persalinan, selaput
ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan
yang tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta
komponennya berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan
amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada
beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat
yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis. Selain itu, jika air ketuban
tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan sumbatan di paru-paru
meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul
dua gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan paru-paru. Pada fase I, akibat
dari menumpuknya air ketuban di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan
arteri pulmonalis. Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang
dan curah jantung menurun akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal
jantung kiri dan gangguan pernafasan. Perempuan yang selamat dari peristiwa ini
mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase perdarahan yang ditandai dengan
pendarahan besar dengan rahim atony dan Coagulation Intaravakuler Diseminata (
DIC ). Masalah koagulasi sekunder mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan
hidup dalam kejadian awal. Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion
mencetuskan pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban
atau kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi
intravaskuler.
F.PEYEBAB
Emboli air ketuban disebabkan
sumbatan mendadak pada aliran darah ibu hamil
Sumbatan terjadi akibat material yang ada
di dalam air ketuban. Kejadian emboli air ketuban sangat cepat dan tidak bisa
diprediksi sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa factor risiko penyebabnya.
Meningkatnya usia si ibu. Multiparitas (banyak anak). Ada mekonium (kotoran
bayi di dalam air ketuban). Laserasi serviks (lecet pada leher rahim). Kematian
janin dalam kandungan. Kontraksi yang terlalu kuat. Persalinan singkat (ari-ari
melekat sangat erat di dinding rahim). Air ketuban banyak. Rahim sobek. Riwayat
alergi atau atopi pada si ibu. Infeksi pada selaput ketuban. Ukuran bayi besar.
G.
Tanda gejala
Tanda dan gejala embolisme cairan
amnion ( Fahy , 2001 ) antara lain :
1. Hipotensi ( syok ), terutama
disebabkan reaksi anapilactis terhadap adanya bahan – bahan air ketuban dalam darah
terutama emboli meconium bersifat lethal.
2. Gawat janin ( bila janin belum
dilahirkan )
3. Edema paru atau sindrom distress pernafasan dewasa.
4. Henti kardiopulmoner
5. Sianosis
6. Koagulopati
7. Dispnea / sesak nafas yang sekonyong
– konyongnya
8. Kejang , kadang perdarahan akibat
KID merupakan tanda awal.
H. Gambaran klinis
Shock yang dalam yang terjadi secara
tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru
saja menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu mulipara
berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal dengan
meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan
ini ( emboli cairan ketuban ) .Jika sesak juga didahului dengan gejala mengigil
yang diikuti dyspnea , vomitus , gelisah , dll disertai penurunan tekanan darah
yang cepat serta denyut nadi yang lemah dan cepat .Maka gambaran tersebut
menjadi lebih lengkap lagi . Jika sekarang dengan cepat timbul edema pulmoner
padahal sebelumnya tidak terdapat penyakit jantung , diagnosa emboli cairan
ketuban jelas sudah dapat dipastikan.
Pada uraian ini tidak ada lagi yang
ditambahkan kecuali hasil pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa gambaran
tersebut biasanya disertai kegagalan koagulasi darah pasien dan adanya
perdarahan dari tempat plasenta.
Shock yang dalam yang terjadi secara
tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru
saja menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu mulipara
berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal dengan
meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan
ini ( emboli cairan ketuban ) .Jika sesak juga didahului dengan gejala mengigil
yang diikuti dyspnea , vomitus , gelisah , dll disertai penurunan tekanan darah
yang cepat serta denyut nadi yang lemah dan cepat .Maka gambaran tersebut
menjadi lebih lengkap lagi . Jika sekarang dengan cepat timbul edema pulmoner
padahal sebelumnya tidak terdapat penyakit jantung , diagnosa emboli cairan
ketuban jelas sudah dapat dipastikan.
Pada uraian ini tidak ada lagi yang
ditambahkan kecuali hasil pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa gambaran
tersebut biasanya disertai kegagalan koagulasi darah pasien dan adanya
perdarahan dari tempat plasenta.
I. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko dalam emboli
air ketuban dalah sebagai berikut
1. Meningkatnya usia ibu
2. Multiparitas (banyak anak)
3. Adanya mekoneum
4. Laserasi serviks
5. Kematian janin dalam kandungan
6. Kontraksi yang terlalu kuat
7. Persalinan singkat
8. Plasenta akreta
9. Air ketuban yang banyak
10. Robeknya rahim
11. Adanya riwayat alergi atau atopi
pada ibu
12. Adanya infeksi pada selaput ketuban
13. Bayi besar
J . PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan primer bersifat
suportif dan diberikan secara agresif.
1.
Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi ,
bantuan sirkulasi , koreksi defek yang
khusus ( atonia uteri , defek koagulasi )
2.
Penggatian cairan intravena & darah diperlukan
untuk mengkoreksi hipovolemia & perdarahan .
3.
Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu
penanganan atonia uteri.
4.
Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan
ancietas .
5.
Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi
intravaskular dengan menghambat proses perbekuan
6.
Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna
bila ada bronkospasme .
7.
Isoproternol di berikan perlahan – lahan melalui Iv
untuk menyokong tekanan darah sistolik kira – kira 100 mmHg
8.
Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
9.
0ksigen selalu merupakan indikasi intubasi dan tekan
akhir ekspirasi positif (PEEP) mungkin diperlukan .
10.
Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan
plasma beku segar dan sedian trombosit.
b. Bila anak belum lahir, lakukan
Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan umum ibu stabil
c. X ray
torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan
ventrikel kanan.
d.
Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
BAB II
ISI
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU PATOLOGI
Ny”N”
Umur 32 tahun G4 P3 A0 Ah3,
Uk 39 minggu dengan Emboli Air ketuban
DI
BPS SAYANG IBU, SOLO-YOGYAKARTA
No. Register : 171017
Masuk RS/PKM/BPM Tanggal/Pukul : 21
maret 2013
Dirawat di ruang :
Mawar
I.
PENGKAJIAN
DATA, Tanggal/Pukul: 21-03-2013/09.00
WIB, Oleh : Bidan
A.
Data
Subjektif
1.
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. R Tn. N
Umur : 32
tahun 35
tahun
Agama : Islam
Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Pegawai
swasta Pegawai swasta
Alamat : Jl. Janti, Yogyakarta
Jl. Janti, Yogyakarta
2.
Alasan
datang/dirawat
Ibu datang pada tanggal 21 maret 2013 jam 16.10WIB
dengankeluhan kenceng kenceng teratur
3.
Keluhan
utama
Ibu merasakan kenceng kenceng teratur sejak pukul
06.10WIB
4.
Riwayat
menstruasi
Menarche : 14 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair, merah, bau khas darah Keluhan : tidak ada
5.
Riwayat
perkawinan
Status perkawinan : Sah Menikah
ke : I (pertama)
Lama : 7 tahun Usia menikah pertama kali : 25 th
6.
Riwayat
obstetrik : G4 P3 A0 Ah3
Hamil ke-
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||
Tanggal
|
Umur kehamilan
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
Komplikasi
|
JK
|
BB lahir
|
Laktasi
|
Komplikasi
|
|
1.
|
2007
|
39+2
|
Spontan
|
dukun
|
-
|
laki
|
3200
|
ya
|
-
|
2
|
2009
|
39 mg
|
Spontan
|
Bidan
|
-
|
Prempuan
|
3200
|
Ya
|
-
|
3
|
2011
|
39 mg
|
Spontan
|
Bidan
|
-
|
Laki
|
3300
|
ya
|
-
|
4
|
Hamil Ini
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
Riwayat
kontrasepsi yang digunakan
No
|
Jenis kontrasepsi
|
Pasang
|
Lepas
|
||||||
tanggal
|
oleh
|
tempat
|
Keluhan
|
tanggal
|
Oleh
|
tempat
|
alasan
|
||
1
|
Pil
|
2007
|
Bidan
|
BPS
|
-
|
2009
|
|
|
Ingin Hamil
|
2
|
Suntik
|
2009
|
bidan
|
BPM
|
-
|
2011
|
Bidan
|
BPM
|
Ingin hamil
|
3
|
Suntik
|
2011
|
Bidan
|
BPM
|
-
|
2012
|
Bidan
|
BPM
|
Ingin Hamil
|
8.
Riwayat kehamilan
sekarang
a.
HPM : 22 jun 2012 HPL:
29 maret 2013
b.
ANC
prtma umur kehamilan : 8minggu
c.
Kunjungan
ANC
Trimester
I
Frekuensi : 1 kali
Keluhan : mual muntah
Komplikasi :tidak ada
Terapi : vitonal-af
Trimester
II
Frekuensi :3 kali
Keluhan : tidak ada
Komplikasi
: tidak ada
Terapi : Vitonal-AF
Trimester
III
Frekuensi :2 kali
Keluhan : Tidak ada
Komplikasi : Tidak ada
Terapi :Vitonal-Af,Vitamin
9.
Pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
d.
Nutrisi
Sebelum Sesudah
Makan
Frekuensi :
3 x/hari 3x/hari
Jenis :
nasi, sayur, lauk
Nasi,Sayur,lauk
Porsi :
1 piring 1piring
Pantangan :
tidak ada Tidak
ada
Keluhan :
tidak ada Tidak ada
Minum
Frekuensi :
6-7x/hari 7-8x
/hari
Jenis :
air putih,teh air
putih,susu
Porsi :1
gelas 1
gelas
Pantangan :
Tidak ada Tidak
ada
Keluhan :
Tidak ada Tidak
ada
e.
Eliminasi
BAB Sebelum Sesudah
Frekuensi :
1 x/hari 1x/hari
Warna :khas feses Khas
feses
Konsistensi :
lunak Lunak
Keluhan :Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi : 3-4 x/hari 4-5x/hari
Warna : Kuning
jernih Kuning jernih
Konsistensi :
Cair Cair
Keluhan :Tidak
ada Tidak ada
f.
Istirahat
Sebelum Sesudah
Tidur siang
Lama : 2 jam/hari 1jam/hari
Keluhan : tidak ada Tidak
ada
Tidur malam
Lama : 8 jam/hari 7jam/hari
Keluhan : tidak ada Tidak
ada
g.
Personal
Hygiene
Mandi :
2x/hari 3x/hari
Ganti pakaian :2x/hari 3x/hari
Gosok gigi :2x/hari 3x/hari
Keramas :
1x/minggu 1x/minggu
h.
Pola
seksual
Frekuensi : 2x/minggu Tidak ada
Keluhan : tidak ada Tidak ada
i.
Pola
aktivitas (fisik,olahraga)
1.
Ibu
mengatakan sehari hari nya bekerja di tokonya dan melakukan pekerjaan rumah
seperti memasak,menyapu,mencuci dan membantu suami
2.
Ibu
mengatakan tidak melakukan kegiatan olahraga
10.
Riwayat
kesehatan
a.
Penyakit
yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular
(Hepatitis, TBC, HIV-AIDS), Ibu mengtakan tidak memilki riwayat penyakit
menurun seperti (hipertensi,DM,Asma), Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menahun (Ginjal, Jantung).
b.
Penyakit
yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita
penyakit menular (Hepatitis, TBC, HIV-AIDS), tidak pernah/sedang menderita
penyakit keturunan (Asma, DM), tidak pernah/sedang menderita penyakit menahun
(Ginjal, Jantung).
c.
Riwayat
operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi
d.
Riwayat
alergi obat
Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi obat.
11.
Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum
jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, tidak minum jamu dan
tidak minum beralkohol.
12.
Data
psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluarga
terhadap kelahiran, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga,
perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan sosial, keadaan ekonomi keluarga)
a.
Ibu
mengatakan suami dan keluarga
senang dengan kehamilannnya
b.
Ibu
mengatakan hubungan ibu dengan suami, keluarga, dan tetangga baik.
c.
Ibu
mengatakan taat menjalankan sholat 5 waktu bersama suami.
d.
Ibu
mengatakan mengikuti arisan dengan teman-temannya.
e.
Ibu
mengatakan keadaan ekonomi keluarga cukup dan memenuhi kebutuhan rumah tangga.
13.
Pengetahuan
ibu (Kehamilan,Persalinan dan nifas)
a. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan
b. Ibu
mengatakan sudah mengetahui tentang persalinan
c. Ibu
mengatakan belum mengetahui masa
nifas
B. Data Objektif
1.
Pemeriksaan
umum
Keadaan
umum : baik Kesadaran : compos mentis
Status
emosional : stabil
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70
mmHg Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit Suhu : 36,5 0C
BB :70 kg TB : 160 cm
2.
Pemeriksaan
Fisik
Kepala : mesocephal, simetris, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada
massa, tidak berketombe
Rambut : hitam, lurus, tidak
rontok
Wajah : oval, simetris, tidak oedema,
tidak pucat, tidak ada bekas
luka
Mata : simetris, tidak ada sekret,
sklera tidak ikterik, konjungtiva
merah muda,
Hidung : mancung, tidak ada sekret, tidak
ada polip
Mulut : bibir tidak pecah-pecah, tidak
ada stomatitis, gigi tidak
caries, gusi tidak
berdarah, tidak ada pembesaran kelenjar
tonsil
Telinga : simetris, tidak ada serumen, ada
gendang telinga,
pendengaran normal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar parotis,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembengkakan vena jugularis
Dada : bunyi nafas normal, bunyi
jantung normal, tidak ada
retraksi dinding dada
Payudara : simetris, tegang,
teraba penuh, bersih, aerola
hiperpigmentasi, puting susu menonjol dan
tidak lecet,
tidak ada massa, ASI keluar sedikit.
Abdomen : Bentuk membujur,tidak terdapat linea alba dan nigra,tidk
ada bekas operaso
Palpasi Leopold
Leopold I : Tfu 3 jari
di bawah px pada fundus teraba bulat,lunak tidak melenting (bokong)
Leoplod II : Bagian
kanan ibu teraba bagian kecil kecil janin (ekstremitas)
Bagian kiri ibu teraba lurus,keras,panjang (
Punggung)
Leopold III : Teraba
keras, melenting,sudah tidak dapat di goyangkan (kepla)
Leoplod IV : Bagian
terbawah janin masuk panggul
Palpasi supra pubic : 3/5
TFU mnrut Mc.Donald :
33cm Tbj : (33-11)160
=3520gr
His : Kuat,teratur
Auskultasi Djj : 145x/menit
Ekstremitas
Atas : simetris, gerakan normal,
jumlah jari lengkap, warna kuku
merah muda, tidak oedema
Bawah : simetris, gerakan normal, jumlah
jari lengkap, warna kuku
merah muda, tidak oedema, tidak varises,
reflek patella
ka/ki (+)
Genetalia : bersih, tidak bengkak, tidak ada pus,
vulva tidak varises,
tidak ada pembesaran kelenjar bartolini
Anus : tidak haemoroid
3.
Pemeriksaan
penunjang Tgl :21 maret 2013 Pukul :09.10
WIB
1.
Hb
11,8
2.
Data
penunjang
Tanggal 21 agustus
2012
PP test +
Protein urine –
3. INTERPRETASI DATA
a.
Diagnosa
kebidanan
Ny. N
umur 32 tahun G4
P3 A0 Ah3 uk 39 minggu janin tunggal
hidup intrauteri presentasi kepala,sudah
masuk panggul persalinan kala 1 fase aktif
Data Dasar:
S : - ibu mengatakan berumur 32 tahun
- ibu mengatakan ini kehamilan keempat
- ibu mengatakan HPHT 22 juni 2012
O : - Didapatkan hasil pemeriksaan djj 145x/menit
-
Didapatkan hasil pemeriksaan
-TTV
: TD 120/80 mmHg, N : 80
x/menit
S : 36,5 0C, R : 18 x/menit
-
Didapatkan
hasil pemeriksaan KU baik
b.
Masalah
Tidak ada
Data Dasar:
Tidak ada
4. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
5.
ANTISIPASI
TINDAKAN SEGERA
a.
Mandiri
b.
Kolaborasi
c.
Merujuk
6.
PERENCANAAN Tanggal : 12 maret 2013 Pukul : 09.30 WIB
1. Beri tahu ibu keadaan ibu dan janin nya
2. KIE nutrisi
3. KIE relaksasi
4. Anjurkan suami dan keluarga untuk membantu
5. Siapkan peralatan persalinan
6. Observasi KU ibu dan janinnya
7. Evaluasi kemajuan persalinan pada tiap 4 jam
7.
PELAKSANAAN Tanggal: 12
maret 2013 Pukul : 09.50WIB
1.
Memberi
tahu ibu hasil pemeriksaan td: 120/80mmHg, N : 80x/menit S:
36,5 0C,R : 18 x/menit
djj145x/menit Ku: Baik Kesadraan: Compos mentis
2.
Memberikan
KIE nutrisi yaitu makanan yang bergizi yang mengandung karbohidrat seperti
(nasi,jagung,roti), protein (telur,tahu,tempe,daging), sayuran hijau,susu dan
air putih
3.
Memberikan
KIE cara relaksasi yaitu dengan menarik nafas dari hidung dan keluarkan melalui
mulut,miring kekiri menganjurkan ibu untuk jalan jalan setelah mampu berjalan
4.
Menganjurkan
suami dan keluarga ibu untuk memberikan dukungan kepada ibu
5.
Menyiapkan
partus set (2klem,benang,pengikat tali pusat,1/2cocer,benang
cutgut,jarum,gunting episiotomi,duk steril,kassa,kapas dtt(heacting set,obat
obatan lain handuk 2
6.
Observasi
KU ibu janin djj 145x menit,N 80xmenit, R=18x/menit, s=36,5menit
7.
Mengevaluasi
kemajuan persalinan pda tiap 4jam sekali
8.
EVALUASI Tanggal
:12 maret 2013 Pukul :
10.15 WIB
1.
Ibu sudah
mengetahui tentang hasil pemeriksaan
2.
Ibu bersedia
memenuhi nutrisinya dan mengerti cara relaksasi
3.
Suami dan keluarga
sudah mendampingi ibu
4.
Peralatan
persalinan sudah di siapkan, Ku ibu baik
dan keadaan janin nya baik
PERKEMBANGAN
KALA II
I.
DATA SUBYEKTIF Tanggal:
1. Ibu mengatakan perutnya sangat terasa mulas-mulas yang
sangat kuat (his yang sangat kuat), His yang muncul dirasakan ibu
terus-menerus.
2. Ibu mengatakan mual muntah dan
sangat gelisah.
3. Ibu
Merasakan dorongan
yang kuat untuk meneran saat timbul kontraksi
4. Ibu
Merasa ingin BAB
II. DATA
OBYEKTIF
1. Kontraksi uterus 5-7 kali
dalam 10 menit, durasi > 40 detik
2.
DJJ 136 x/menit
3.
Hasil pemeriksaan dalam pukul 10.15 Wita
a. Vulva/vagina tidak ada
kelainan
b. Porsio tidak teraba
c. Ketuban
pecah,jernih
d. Pembukaan 10 cm
e. Presentase
kepala,ubun-ubun kecil kanan depan tepat di bawah simpisis
f. Molase tidak ada
g. Penumbungan tidak
ada
h. Penurunan kepala
Hodge IV
i. Kesan
panggul normal
j. Pelepasan
lender,darah dan air jernih
4. Tanda-tanda vital
a.
Tekanan darah : 100/70 mmHg
b.
Nadi
: 90x/menit
c.
Suhu
: 37°C
d.
Pernapasan :
28 x/menit
5.
Perineum tampak menonjol
6.
Vulva dan anus terbuka
III.ASESSMENT
1.
Diagnosa kebidanana
Ny”N” Umur 32
tahun G4 P3 A0 Ah3,
Uk 39 hamil aterm janin tunggal hidup intra uteri,dalam inpartu kala II
dengan emboli air ketuban
2.
Diagnosa Masalah
-
VI.
Perencanaan
1.
Pantau tanda dan gejala kala II
2.
Siapkan Pertolongan persalinan
3.
Gunakan APD
4.
Pastikan cuci tangan
5.
Gunakan Sarung tangan
6.
Siapkan oksitosin
7.
Bersihkan daerah vulva
8.
Lakukan periksa dalam
9.
Periksa sarung tangan
10.
Observasi dan bantu ibu untuk pimpin persalinan
V.
Pelaksanaan
1. Melihat
tanda dan gejala kala II : ada dorongan yang kuat untuk meneran, tekanan pada
anus, perineum menonjol, vulva dan vagina terbuka.
2. Memastikan
kelengkapan alat dan bahan pertolongan persalinan : alat sudah lengkap
3. Memakai APD
4. Memastikan
lengan/tangan tidak memakai perhiasan dan mencuci tangan dengan abun dibawah
air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih
5. Memakai sarung tangan
DTT
6. Mengisi spoit dengan
oksitosin 10 IU
7. Membersihkan vulva dan
perineum
8. Melakukan pemeriksaan
dalam
9. Mendekontaminasi sarung
tangan
10. Mengobservasi DJJ :
136x/menit
11. Memberitahu ibu bahwa
pembukaan sudah lengkap, keadaan janin baik
12. Membantu ibu mengambil
posisi meneran ; ibu dalam posisi litotomi
13. Memimpin ibu meneran saat
ada his
14.
Memasang handuk bersih diatas perut ibu dan duk steril di bawah bokong ibu
15. Memakai handskun steril/DTT
16.
Menyokong perineum saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm dengan tangan kanan
dan menahan puncak kepala dengan tangan kiri
17. Membersihkan muka, mulut dan
hidung bayi dengan kasa steril
18. Memeriksa adanya lilitan
tali pusat ; tidak ada lilitan tali pusat
19. Menunggu kepala melakukan
putaran paksi luar
20. Melahirkan bayi dengan cara
kedua tangan diletakkan secara biparietal pada kepala bayi lalu menarik kepala
kearah bawah untuk melahirkan bahu depan dan menarik kepala keatas untuk
melahirkan bahu belakang, kemudiaan melahirkan bayi secara sangga susur ; bayi
lahir pukul 06.25 Wita, jenis kelamin laki-laki
21. Menilai bayi segera setelah
lahir ; menangis spontan, kulit kemerahan, pergerakan aktif
22.
Mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering
23. Memeriksa fundus uteri untuk
memastikan janin tunggal ; janin tunggal
VII. Evaluasi
1.
Telah memimpin persalinan dengan langkah APN
2.
Telah melakukan pertolongan dan penanganan BBL partus
spontan presentasi belakang kepla jani
PERKEMBANGAN
KALA III
I.
DATA SUBYEKTIF
1. Ibu mengatakan perutnya terasa
sangat mulas
2. Ibu mengatakan terasa
mual dan mau muntah
3. Ibu
mengatakan sesak
nafas
4.
Ibu mengatakan
badan terasa lemah
II. DATA OBYEKTIF
1. keadaan
umum ibu Nampak lemah
2. Kala
II berlangsung 10 menit
3. Bayi
lahir pukul 06.25 wita, dengan jenis kelamin laki-laki
4. TFU
setinggi pusat
5. Kontraksi uterus baik, uterus
teraba keras dan bundar
6. Tali
pusat bertambah panjang
III.
Asassment
1. Diagnosa
Kebidanan
Ny,N G4P4A0Ah4, inpartu kala III dengan emboli air ketuban
2. Diagnosa
Masalah
-
VI.
Perencanaan
1. Lakukan
Suntik oksitosin
2. Lakukan
Penjepitan tali pusat,penggantian tali pusat dan lakukan IMD
3. Lakukan
Pemotongan tali pusat
V.
Pelaksanaan
1.
Memberitahu
ibu bahwa akan disuntik oksitosin, Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha atas
bagian luar
2.
Menjepit
tali pusat dengan klem pertama ± 3 cm dari perut bayi, dan memasang klem
kedua ± 2 cm dari klem pertama, memotng tali pusat dan mengikatnya dengan
pengikat tali pusat yang steril, Mengganti kain pembungkus bayi dengan kain bersih dan kering, Melakukan IMD
3.
Memindahkan
klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva, Meletakkan tangan kiri di atas
simphisis dan tangan kanan memegang tali pusat, Menunggu uterus berkontraksi
kemudian melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri melakukan tekanan pada uterus secara dorsocranial,
Tangkap plasenta
dengan kedua tangan, putar plasenta searah jarum jam sampai plasenta dan
selaput ketuban lahir; plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap pukul 06.30
wita
VII. Evaluasi
Telah di
lakukan penyuntikkan oksitosin, dan plasenta lahir 10 menit kemudian
PERKEMBANGAN
KALA IV
I. DATA
SUBYEKTIF
1. Ibu mengatakan perut masih
terasa mulas
2. Ibu mengatakan nafas
terasa sesak
3. Ibu mengatakan badan
terasa lemah
II. DATA
OBYEKTIF
1. Plasenta lahir lengkap jam
06.30 wita
2. Ibu nemapak pucat, sianosis,
lemah
3. Tanda-tanda vital :
TD
: 90/70 mmHg
N
: 90 x/menit
P
: 28 x/menit
4. TFU 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi uterus kuat
6. Perdarahan ± 300 cc
mengalir
III.
Asassment
1.
Diagnosa Kebidanan
Ny,N
G4P4A0Ah4, inpartu kala IV dengan emboli
air ketuban
2.
Diagnosa Masalah
-
VI.
Perencanaan
1.
Lakukan massase uterus
2.
Periksa robekan jalan lahir
3.
Lakukan pemasangan indus dan O2
4.
Jelaskan pada ibu dan keluarga
5.
Siapkan rujukan,rujuk ke RS fasilitas lengkap
V.
Pelaksanaan
1. Melakukan masase uterus;
uterus teraba keras dan bundar
2. Memeriksa robekan jalan
lahir; ada robekan jalan lahir tingkat II
3. Memasang infuse
4. memasang O2
5. menjelaskan
pada ibu dan
keluarga tentang kondisi ibu saat ini dan harus dirujuk
6. memberikan
suport pada ibu dengan melibatkan keluarga dan
orang terdekat
7. mempersiapkan
rujukan dengan BAKSOKU
8. Merujuk ibu
ke RS yang memiliki fasilitas lengkap
VII.
Evaluasi
1.
Telah di lakukan massase uterus dan terdapat rubekan
jalan lahir ruptur II
2.
Telah di lakukan pemasangan infus dan O2, serta telah di
lakukan rujukan
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan
ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama
masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena
endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan daerah
utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban.
Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini
mendahului atau bersamaan dengan episode emboli. Etiologinya Kematian janin
intrauteri, Janin besar intrauteri, Multiparitas dan Usia lebih dari 30
tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan
ketuban, Kontraksi uterus yang kuat.
Ketika
emboli cairan ketuban terjadi, maka akan terjadi penyumbatan aliran darah ibu, lama-kelamaan akan
mengalami penumbatan diparu, bila meluas akan terjadi penyumbatan aliran darah
ke jantung, hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan di jantung, dan dapat
menyebabkan kematian, terutama pada wanita yang sudah tua.
Perdarahan
juga bisa terjadi, akibat emboli cairan ketuban, sehingga pasien akan mengalami
kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika tidak diatasi segera, pasien
dapat mengalami syok.
B.
Saran
Dengan
makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta
asuhan kebidanan emboli cairan ketuban, meskipun emboli cairan ketuban jarang
ditemukan, namun sebagai tim medis harus tetap waspada akan terjadinya emboli
cairan ketuban, sehingga secara tidak langsung dapat mengurango mortalitas ibu
dan bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Mansjoer, Arief dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta :
Media Ascula Plus
Prof. Dr.dr.Gulardi, Hanifa.Winkjosastro, SPOG.2002. Buku Panduan Paktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Bambang Widjanarko,
2009.Emboli-air-ketuban http://reproduksiumj.blogspot.com
Midwiferyeducator,2010.Emboli-Cairan-Amnion-Eca http://Midwiferyeducator.Wordpress.Com
Aini, 2011.
emboli-cairan-ketuban. http://ainicahayamata.wordpress.com
EmirFakhrudin,2009.fisiologi-dan-patologi-cairan-amnionhttp://www.emirfakhrudin.com
Rukiyah ai yeyeh dan Lia Yulianti.Asuhan Kebidanan IV (patologi kebidanan).
2011. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar