Minggu, 19 Mei 2013

Penyakit bayi baru lahir



Hipoglikemia
A.    PENATALAKSANAAN
1.         Memantau kadar glukosa darah
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis :
a.       Pada saat lahir
b.      30 menit setelah lahir
c.       Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai
2.         Pencegahan hipoglikemia
a.       Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia
b.      Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting
c.       Jika bayi tidak mungkin menyusui, mulailah pemberian minum dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
d.      Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL
e.       Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa dipantau
3.         Perawatan hipoglikemia
a.       Koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai keperluan
b.      Infus tak terputus (continual) glukosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg/menit harus dimulai
c.       Kecepatan infus glukosa (GIR) dihitung menurut formula berikut :
d.      GIR (mg/kg/min)=kecepatan cairan (cc/jam) x konsenterasi dextrose(%)
6x berat (Kg)
e.       Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai
f.       Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia
2.          Hipoglikemia refraktori
Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan adanya hiperinsulinisme. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan :
a.       Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam
b.      Glukagon 200 ug IV (segera atau infus berkesinambungan 10 ug/kg/jam)
c.       Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pancreas

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang dikombinasikan dengan riwayat klinis sangat penting untukmenegakkan diagnose hipoglikemia. Pemeriksaan kadar gula pertama yang diambil pada saat ada gejala atau kecurigaan hipoglikemia, dan pemeriksaan yang lain adalah : beta hidroksi butirat, asam laktat, asam lemak bebas, asam amino (kuantitatif) dan elektrolit (untuk melihat anion gap). Pemeriksaan hormonal : insulin, kortisol, hormone pertumbuhan. Pemeriksaan fungsi hati. Pemeriksaan urine : keton dan asam amino (kuantitatif).
Apabila pada pemeriksaan awal tidak terdiagnosis atau pasien asimptomatik, maka dilakukan pemeriksaan lanjutan. Bila berhubungan dengan puasa, maka pasien dipuasakan dan dipantau dalam 24 jam selama puasa, atau bila ada indikasi puasa dapat diperpanjang. Pemeriksaan ini harus dengan rawat inap, dipasang akses intravena dan diberikan heparin pada jalur intravenanya untuk pengambilan sampel darah dan bila perlu untuk pemberian dextrose 25% bila timbul gejala hipoglikemia. Di ambil plasma darah secara skuensial untuk pemeriksaan glukosa plasma, beta hidroksibutirat, dan insulin pada jam 8, 16, 20, kemudian diberikan glucagon 30-100 pg/kgBB intra muskuler sampel di ambil setiap jam sampai pemeriksaan berakhir. Sampel pertama dan terakhir harus diperiksa kadar hormone pertumbuhan dan kortisol. Bila dicurigai pada defek pada enzim tertentu, maka diperlukan pemeriksaan analisa asam organic plasma dan atau urine.
Pemeriksaan lain yang diperlukan adalah tes stimulasi glucagon, tes toleransi leucine untuk menentukan diet dikemudian hari dilakukan setelah pasien normoglikemi, tes toleransi tolbutamide nilainya kurang untuk menemukan adenoma pancreas, pemeriksaan fungsi adrenal.

SKRINING GLUKOSA DARAH BAYI BARU LAHIR
Skrining hipoglikemia mengenai kapan dilakukannya dan berapa lama pemantauannya, belum disepakati secara umum. Strip glukosa untuk skrining tidak mahal, praktis, dan hasilnya cepat. Jika didapatkan hipoglikemia harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan glukosa darah di laboratorium, karena hasil yang diperoleh sering berbeda sekitar 15% dari hasil laboratorium, atau tidak sesuai dengan varian yang signifikan dari kadar glukosa yang sesungguhnya.
Beberapa pedoman singkat skrining glukosa pada bayi baru lahir:
a.       Pemantauan glukosa darah rutin bayi baru lahir cukup bulanyang asimtomatik tidak perlu dan mungkin merugikan.
b.      Skrining glukosa darah harus dilakukan pada bayi dengan risiko hipoglikemia untuk mengetahui adanya hipoglikemia ataupun bayi yang menunjukkan manifestasi klinis hipoglikemia, dengan frekuensi dan lama pemantauan tergantung dari kondisi bayi masing-masing.
c.       Pemantauan dimulai dalam 30-60 menit pertama bayi dengan dugaan hiperinsulinisme dan tidak lebih dari umur 2 jam pada bayi dengan risiko hipoglikemia kategori lainnya.
d.      Pemantauan sebaiknya dilanjutkan setiap 3 jam sampai kadar glukosa darah sebelum minum mencapai normal. Kemudian lanjutkan tiap 12 jam.
e.       Skrining glukosa dihentikan setelah 2 kali didapatkan kadar glukosa normal atau dengan pemberian minum saja, didapatkan 2 kali pemeriksaan kadar glukosa normal.
f.       Konfirmasi dengan pemeriksaan glukosa darah di laboratorium harus dilakukan jika hasil skrining glukosa darah abnormal.

TATA LAKSANA UMUM
Data yang ada menunjukkan bahwa pemberian ASI yang tidak adekuat meningkatkan risiko hipoglikemia, bahkan pada bayi yang sudah pulang ke rumah.Tata laksana pemberian ASI yang tepat sangat penting bagi perkembangan bayi.
Tata laksana umum pada bayi yang mempunyai risiko:
a.       Pemberian ASI sedini mungkin dalam 30-60 menit kemudianditeruskan sesuai keinginan bayi.
i)                    Pemberian asupan enteral sedini mungkin -- ungkin merupakan tindakan pencegahan tunggal yang paling penting. Secara khusus disebutkan bahwa pemberian ASI sedini mungkin, merupakan hal yang terpenting untuk pencegahan bayi dengan risiko dan terapi hipoglikemia. Mengenali bahwa bayi menangis merupakan tanda yang terlambat jika bayi lapar. Bayi baru lahir akan mendapatkan kolostrum yang berisi protein, lemak, dan karbohidrat yang akan membuat glukosa darah stabil. Pemberian kolostrum tidak boleh dihentikan hanya karena bayi masuk dalam kriteria yang harus dipantau kadar glukosa darahnya.
ii)                  Jika memungkinkan berikan ASI dengan bayi menyusu langsung atau melalui pipa orogastrik. Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia tetapi belum memungkinkan menyusu dan belum bisa diberi ASI melalui pipa orogastrik karena adanya darah yang tertelan, lakukan pembilasan lambung dan kemudian berikan ASI melalui pipa orogastrik. Jika tidak berhasil, segera mulai pemberian glukosa intra vena.
2.      Suplementasi rutin pada bayi cukup bulan yang sehatdengan air, air gula atau susu formula tidak diperlukan.
Hal ini dapat mengganggu pemberian ASI dan mekanisme kompensasi metabolik yang normal. Jika bayi tidak dapatmenyusu langsung, berikan ASI dengan cara alternatif lainnya;dengan sendok, gelas, atau pipa orogastrik. Jika bayi tidakmampu menghisap, tidak perlu dipaksakan pemberian minummelalui mulut, untuk mencegah aspirasi.Pemilihan suplementergantung dari ketersediaan ASI perah ibu.Kolostrum perahadalah pilihan utama. ASI akan meningkatkan gluconeogenesis dan keseimbangan energi. Jika tidak tersedia, pilihan berikutnya adalah donor ASI yang sudah di pasteurisasi. Jika pilihan kedua tidak tersedia, terpaksa diberikan susu formula dengan mempertimbangkan riwayat keluarga mengenai toleransi susu. Jika didapatkan alergi susu sapi, pilihannya adalah susu formula khusus (susu formula dengan protein dihidrolisis sempurna). Air gula akan meningkatkan sekresi insulin dan menunda mulainya glukoneogenesis yang alami dan proses homeostasis ketogenik. Jika air gula diberikan pada bayi, kadar glukosa akan berfluktuasi dan akan muncul masalah hipoglikemia rebound.
3.      Memfasilitasi kontak kulit ke kulit antara ibu danbayi untuk merangsang pembentukan ASI. Cara iniakan mempertahankan suhu tubuh normal, menurunkanpengeluaran energi, dan mempertahankan kadar glukosadarah normal, sementara hal tersebut akan menstimulasiproduksi ASI dan pengisapan. Dengan melekatkan bayi keibunya secara sering dapat mencegah suplementasi padabanyak kasus.
4.      Pemberian minum yang sering.
Berikan minum 10-12kali dalam 24 jam pada beberapa hari pertama sesudah lahir.Pemberian ASI yang sering, meskipun sedikit-sedikit, tetapidengan protein tinggi dan kalori tinggi dari kolostrum akanlebih baik bila dibandingkan dengan pemberian susu formulaatau air gula.

TATA LAKSANA PEMBERIAN ASI PADA BAYI HIPOGLIKEMIA:
a. Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)
i)           Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar glukosa darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (ASI donor atau susu formula)
ii)         Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya sampai kadarnya normal dan stabil
iii)       Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya, hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa intra vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan yang seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif
iv)       Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah
v)         ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan konsentrasi glukosa intra vena sesuai dengan kadar glukosa darah
vi)       Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi (misalnya respon dari terapi yang diberikan).
b. Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20-25 mg/dL atau < 1,1 – 1,4 mmol/L.

i)           Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap kilogram berat badan cairan dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10% intra vena dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR) 6-8 mg tiap kilogram berat badan tiap menit
ii)         Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtomatik, tidak boleh diberikan melalui oral atau pipa orogastrik.
iii)       Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau >2.5 mmol/L
iv)       Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar glukosa darah yang didapat
v)         Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manifestasi hipoglikemia menghilang
vi)       Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan pemberian glukosa intra vena secara bertahap (weaning), sampai kadar glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena.Kadang diperlukan waktu 24-48 jam untuk mencegah hipoglikemia berulang.
vii)     Lakukan pencatatan manifasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik (misal respon dari terapi yang diberikan).
Terapi
a.       Tanpa kejang, bolus intravena 200 mg/BB (2 ml/kgBB) glukosa 10%
b.      Ada kejang, larutan glukosa 10-25%, dosis total 1-2 gr/kgBB, dilanjutkan infus glukosa 4-8 mg/kgBB/menit
c.       Hipoglikemi berulang, infus glukosa 15-20%, bila tidak mencukupi beri hidrokortison 2,5 mg/kgBB/12 jam atau prednison 1 mg/kgBB/24 jam
d.      Pemeriksaan gula darah sampai kadar diatas 40 mg/dl kemudian pemeriksaan dilanjutkan tiap 4-6 jam
e.       Bila gula darah normal terapi dihentikan
f.       Berikan ASI
g.      Penanganan penyulit



Hipotermi
Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu :
http://1.bp.blogspot.com/_WFujIEGAPVA/S1r-cPHwRWI/AAAAAAAAABo/y8CxR7shGvw/s320/janin2.JPG
1.                   Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objekyang dingin. Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2.                   Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi  karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misal popok atau celana basah tidak langsung diganti.
3.                   Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Misal BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.
4.                   Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bayi misalnya cairan amnion pada bayi
A.      Penatalaksanaan Umum
1.       Penanganan hipotermia secara umum untuk bayi
Pengaturan suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi bisa kehilangan suhu tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar yang dingin. Bayi yang mengalami hipotermi harus dihangatkan secara bertahap. Berikut beberapa cara penanganan hipotermia untuk bayi :
a.       Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang hangat. Bungkuslah tubuhnya dengan selimut tebal.
b.      Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas tubuh anda.
2.       Penanganan hipotermia secara umum untuk balita
a.       Jika ia mampu melakukannya,minta anak berendam air hangat. Bila warna kulitnya telah kembali normal,segera keringkan dan bungkus tubuhnya dengan handuk tebal atau selimut.
b.      Kenakan pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan selimut yang cukup banyak. Tutupi kepalanya dengan topi atau pastikan suhu dalam ruangan cukup hangat. Temani anak.
c.       Berikan anak minuman hangat dan makanan penuh energi,misalnya cokelat. Jangan tinggalkan anak sendirian,kecuali anda yakin warna kulit dan suhu tubuhnya telah kembali normal.
3.       Dan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
a.       Jangan menempelkan sumber panas langsung,seperti botol berisi air panas ke kulit anak. Anak harus menjadi hangat secara bertahap.
b.      Jika anak hilang kesadaran,bukalah saluran udaranya dan periksa pernapasannya. Jika anak bernapas,baringkan ia pada posisi pemulihan,jika tidak bernapas,mulailah bantuan pernapasan dan kompresi dada. Telepon Ambulans.
B.      Prinsip Dasar Untuk Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir
1.       Mengeringkan bayi segera setelah lahir
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya masih belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermia seringkali tidak terdeteksi oleh ibu atau keluarga bayi atau penolong persalinan. Untuk mencengah terjadinya serangan dinginadalah sebagai berikut:
a.       setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat.dimulai dari kepala kemudian seluruh tubuh bayi. Handuk yang basah harus diganti dengan handuk lain yang kering dan hangat.
b.      Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup kepala,kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c.       Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting refleks dan bayi mendapat kalori.
d.      Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu merujuk.
e.      Memberikan penghangatan pada bayi  baru lahir secara mandiri.
f.        Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. 
g.       Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Untuk mencengah terjadinya serangan dingin ibu atau keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi. Beberapa kriteria dalam memandikan bayi;
a.       Pada bayi lahir sehat yaitu lahir cukup bulan,berat>2.500 gram,langsung menangis kuat,memandikan bayi ditunda selama kurang lebih 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi gunakanlah air hangat.
b.      Pada bayi lahir dengan risiko (tidak termasuk kriteria di atas),keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir < 2.000 gram sebaiknya bayi jangan dimandikan ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi stabil,bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
C.      Tindakan Pada Hipotermia Bayi Baru Lahir
Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap hangat,tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam 1 pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai metode Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
Bila tubuh bayi masih dingin,gunakanlah selimut atau kain hangat  yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak mengisap beri infus glukosa 10 % sebanyak 60-80 ml/kg per hari.


Perdarahan Tali pusat
Penatalaksanaan Perdarahan Tali Pusat
1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi.
2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat.
a. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat. Kenakan popok di bawah tali pusat.
b. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin.
c. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti popok. Gunakan kapas atau cotton bud dan cairan alkohol 70% yang dapat dibeli di apotek.
d. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda. Alkohol yang digunakan tidak menyengat. Bayi akan menangis karena alkohol terasa dingin. Membersihkan tali pusat dengan alkohol dapat membantu mencegah terjadinya infeksi. Hal ini juga akan mempercepat pengeringan dan pelepasan tali pusat.
e. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2 minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat, walaupun sudah terlepas setengah bagian.
f. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat.
3. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan rujukan. Hal ini dilakukan bila terjadi gejala berikut:
a. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu.
b. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
c. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.
d. Bayi menderita demam.
e. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali pusat.
f. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.
g. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.
h. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat. Pendarahan melebihi ukuran luasan uang logam.
i. Pendarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah di tekan.


Tetanus
Penatalaksanaan
1.    Medik
                Mengatasi kejang
Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan atau pemberian obat anti kejang. Obat yang dapat dipakai adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikas mula-mula 30 – 60 mg parenteral kemudian dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain adalah luminal dan diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg BB. Obat anti kejang yang lain adalah kloralhidrat yang diberikan lewat rektum.
                Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S (antitetanus serum) dengan dosis 10.000 satuan setiap hari serlama 2 hari .

                  Pemberian antibiotika
Untuk mengatasi inferksi dapat digunakan penisilin 200.000 satuan setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari panas turun.
                Tali pusat dibersihkan atau di kompres dengan alkohol 70 % atau betadin 10 %.
                  Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.

2.    Perawatan
Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernafasan, kebutuhan nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

       Bahaya terjadinya gangguan pernafasan
Gangguan pernafasan yang sering timbul adalah apnea, yang disebabkan adanya tenospasmin yang menyerang otot-otot pernafasan sehingga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya poneumonia aspirasi. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu disertai sianosis terus-menerus. Tindakan yang perlu dilakukan :
a.    Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal di bawah bahunya.
b.    Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang terjadi kejang, karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4 L/menit, jika kejang telah berhenti turunkan lagi).
c.     Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan memudahkan penghisapan lendirnya.
d.    Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat apnea dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.
e.            Observasi tanda vital setiap ½ jam .
f.             Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat.
g.            Jika bayi menderita apnea :
h.            Hisap lendirnya sampai bersih
i.              O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)
j.     Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan frekuensi 50 – 6 x/menit.
k.    Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60 x/menit, bila perlu diselingi tiupan.

Kebutuhan nutrisi/cairan
Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk memenuhi kebutuhan makananya perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi karena juga sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya sejalan dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap.

     Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat yang baik.
Bagan Penanganan Tetanus Neonatorum
Tanda – tanda
Tiba-tiba bayi demam/panas, mendadak bayi tidak mau/tidak bisa menetek (mulut tertutup atau trismus), mulut mencucu seperti ikan, mudah sekali kejang
(misalnya kalau dipegang, kena sinar, atau kaget-kaget), disertai sianosis, kuduk kaku, posisi punggung melengkung, kepala mendongak keatas (opistotonus).
KATEGORI
Tetanus Neonatorum Sedang
Tetanus Neonatorum Berat
PENILAIAN

>7 hari
Kadang-kadang

ü  Mulut mencucu
ü  Trismu kadang-kadang
ü  Kejang rangsang (+)
Opistotonus kadang-kadang
Masih sadar.

ü  Tali pusat kotor
ü  Lubang
telinga bersih/kotor

0-7
Sering

ü  Mulut mencucu
ü  Trismus
terus-menerus
ü  Kejang rangsang (+)
Selalu opistotonus
Masih sadar.

ü  Tali pusat kotor
ü  Lubang
Telinga bersih/kotor

  • Umur bayi
  • Frekuensi kejang
  • Bentuk kejang




  • Posisi badan
  • Kesadaran
  • Tanda-tanda infeksi
PENANGANAN

PUSKESMAS
  • Bersihkan jalan nafas
  • Masukan sendok/spatel dibungkus kain untuk menekan lidah
  • Beri oksigen
  • Atasi kejang dengan :
ü Diazepan
0.5 mg/kg/i.m atau supositoria
ü Apabila masih kejang, ulangi tiap 30 menit.
ü Ditambah luminal 30 mg i.m sampai kejang berhenti.
  • Infus glukosa 10% sebanyak 80 ml/kg/hari.
  • Antibiotika 1 kali (pensilin50.000 U/kg/hari i.m)
  • Bersihkan tali pusat
  • Rujuk ke rumah sakit

Rumah Sakit
Sama seperti diatas
Sama seperti diatas
  • Umur lebih dari 24 jam ditambah bikarbonas natrikus 1,5 %(4:1)
  • Dosis anti kejang i.v dengan dosis rumat
  • Diazepam 8-10 mg/kg i.v diganti tiap 6 jam
  • ATS 10.000 U/hari i.m
  • Ampisilin 100 mg/kg i.v. atau prokain 50.000 U/kg i.m selama 3 hari
  • Ruang perawatan tenang








Tidak ada komentar:

Posting Komentar