BAB I
PENDAHULUAN
1.
Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu
adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Sarwono, 2005).
Payudara
terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke empat
pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal
ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran
belum lancar.
Bila
nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi
akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan
putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara
akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty
patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi
statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan
local (Wiknjosastro, 2006).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999)
adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
puting susu (Buku Obstetri Williams). Pada versi lain bendungan air susu
diartikan sebagai pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Sarwono, 2005:700).
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998)
adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI
secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis
dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh
tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada
bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran
ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah:
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah:
1. Pada kepenuhan fisiologis: payudara yang
penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya
mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan
2. Pada bendungan ASI: payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap
dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi
sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
2. Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke
dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan
disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup
sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi
(bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui.
(Sarwono, 2009)
3. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar
estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari
hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormon (prolaktin)
waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan
terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan
alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk
mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila
bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu (Wiknjosastro,
2005).
4.
Faktor Penyebab Bendungan ASI
Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1.
Pengosongan mamae yang tidak
sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka
masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak
dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2.
Faktor hisapan bayi yang tidak
aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka
akan menimbulkan bendungan ASI.
3.
Faktor posisi menyusui bayi
yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui
dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada
saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI.
4.
Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan
menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan
areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5.
Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang
menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI
tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
5.
Gejala Bendungan ASI
Gejala
yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
a.
Bengkak pada payudara
b.
Payudara terasa keras
c.
Payudara terasa panas dan nyeri(Saifuddin,
2005)
d.
Warnanya kemerahan
e.
suhu tubuh sampai 38 c
6.
Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993)
Adalah dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan
3 macam cara:
1. Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut
keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga
payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
2.
Telapak tangan kiri menopang
payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking
tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula
payudara kanan.
3. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan
kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke
arah puting.
7.
Pencegahan
a.
Menyusui secara dini, susui
bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
b.
Susui bayi tanpa dijadwal (on
demand)
c.
Keluarkan asi dengan tangga
atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
d.
Perawawatan payudara pasca
persalinan (obserti patologi 169)
e.
Menyusui yang sering
f.
Memakai kantong yang memadai
g.
Hindari tekanan local pada
payudara (Wiknjosastro, 2006)
8.
Penatalaksanaan
a)
Kompres air hangat agar
payudara menjadi lebih lembek
b)
Keluarkan asi sebelum menyusui
sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan di isap oleh bayi
c)
Sesudah bayi kenyang keluarkan
sisa ASI
d)
Untuk mengurangi ras sakit pada
payudara berikan kompres dingin
e) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih
dilakukan pengurutan (marase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus
9.
Terapi dan Pengobatan
Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:
1.
Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2.
Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3.
Lakukan pengompresan dengan air
hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi
rasa nyeri
4.
Gunakan BH yang menopang
5.
Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan
panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil
dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi
juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan
hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari
selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan
air susu dikeluarkan dengan pijatan.
BAB II
ISI
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
PATOLOGI
Ny”R” P1 A0 Ah1, 4 HARI
POST PARTUM dengan BENDUNGAN ASI
DI BPS SAYANG
IBU, SLEMAN-YOGYAKARTA
No. Register : 171017
Masuk RS/PKM/BPM Tanggal/Pukul : 28 September 2012
Dirawat di ruang :
Mawar
I.
PENGKAJIAN
DATA, Tanggal/Pukul: 28-09-2012/ 09.00 WIB,
Oleh : Bidan
A.
Data Subjektif
1.
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. R Tn. N
Umur : 25
tahun 28
tahun
Agama : Islam
Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1 S1
Pekerjaan : Guru
Guru
Alamat : Jl. Janti, Yogyakarta
Jl. Janti, Yogyakarta
2.
Alasan
datang/dirawat
Ibu mengatakan baru
melahirkan 4 hari yang lalu dan ingin kontrol ulang masa nifas.
3.
Keluhan
utama
Ibu mengatakan payudarnya
sakit, nyeri, terasa penuh, keluar ASI sedikit-sedikit dan bayi rewel.
4.
Riwayat
menstruasi
Menarche : 14 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair, merah, bau khas darah Keluhan :
-
5.
Riwayat
perkawinan
Status perkawinan : Syah Menikah
ke : I (pertama)
Lama : 2 tahun Usia
menikah pertama kali : 23 th
6.
Riwayat
obstetrik : P1 A0 Ah1
Hamil ke-
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||
Tanggal
|
Umur kehamilan
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
Komplikasi
|
JK
|
BB lahir
|
Laktasi
|
Komplikasi
|
|
1.
|
24-9-12
|
39 mg
|
normal
|
Bidan
|
-
|
Laki-laki
|
2800gr
|
ASI
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
Riwayat
kontrasepsi yang digunakan
No
|
Jenis kontrasepsi
|
Pasang
|
Lepas
|
||||||
tanggal
|
oleh
|
tempat
|
Keluhan
|
tanggal
|
Oleh
|
tempat
|
alasan
|
||
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
Riwayat persalinan
Tanggal/jam : 24 September 2012 / 05.15 WIB
Tempat persalinan : BPS Sayang Ibu
Jenis persalinan : Normal
Penolong : Bidan
Komplikasi : -
9.
Riwayat Post partum
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.
Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi :
3 x/hari Frekuensi : 7-8 x/hari
Jenis :
nasi, sayur, lauk Jenis : air putih, susu
Porsi :
1 piring Porsi : 1 gelas
Pantangan :
- Pantangan : -
Keluhan :
- Keluhan : -
b.
Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi :
1 x/hari Frekuensi : 3-4 x/hari
Warna :
kuning kecoklatan Warna : kuning
Konsistensi :
lembek Konsistensi : cair
Keluhan :
- Keluhan : -
c.
Istirahat
Tidur siang Tidur
malam
Lama : 1 jam Lama : 6 jam
Keluhan : - Keluhan : -
d.
Pola
aktivitas (terkait kegiatan fisik, perawatan bayi dan diri)
Ibu mengatakan sudah bisa merawat bayinya seperti
memandikan bayinya, merawat tali pusat bayinya, menyusui bayinya, dan bisa
merawat dirinya dengan mandi teratur, sering ganti pembalut, dan sering ganti
pakaian. Ibu mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak,
dan mencuci.
10.
Riwayat
kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita
(menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit
menular (Hepatitis, TBC, HIV-AIDS), tidak pernah/sedang menderita penyakit
keturunan (Asma, DM), tidak pernah/sedang menderita penyakit menahun (Ginjal,
Jantung).
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita
keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita
penyakit menular (Hepatitis, TBC, HIV-AIDS), tidak pernah/sedang menderita
penyakit keturunan (Asma, DM), tidak pernah/sedang menderita penyakit menahun
(Ginjal, Jantung).
c. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi seperti SC,
kanker.
d. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi obat.
11.
Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum
jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, tidak minum jamu dan
tidak minum beralkohol.
12.
Data
psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluarga
terhadap kelahiran, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga,
perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan sosial, keadaan ekonomi keluarga)
a. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran
bayinya, suami dan keluarga pun senang dan sangat membantu dalam mengurus bayi.
b. Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami,
keluarga, dan tetangga baik.
c. Ibu mengatakan taat menjalankan sholat 5
waktu bersama suami.
d. Ibu mengatakan mengikuti arisan dengan
teman-temannya.
e. Ibu mengatakan keadaan ekonomi keluarga
cukup dan memenuhi kebutuhan rumah tangga.
13.
Pengetahuan
ibu (perawatan ibu, bayi dan laktasi)
a. Ibu belum mengetahui cara menyusui yang benar
b. Ibu sudah mengetahui cara merawat bayi
c. Ibu belum mengetahui tanda bahaya masa nifas
B.
Data
Objektif
1.
Pemeriksaan
umum
Keadaan
umum : baik Kesadaran : compos mentis
Status
emosional : stabil
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 76 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit Suhu : 37,5 0C
BB : 57 kg TB : 160 cm
LILA : 25 cm
2.
Pemeriksaan
Fisik
Kepala : mesocephal, simetris, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada
massa, tidak berketombe
Rambut : hitam, lurus,
tidak rontok
Wajah : oval, simetris, tidak oedema,
tidak pucat, tidak ada bekas
luka
Mata : simetris, tidak ada sekret,
sklera tidak ikterik, konjungtiva
merah muda,
Hidung : mancung, tidak ada sekret, tidak
ada polip
Mulut : bibir tidak pecah-pecah, tidak
ada stomatitis, gigi tidak
caries, gusi tidak
berdarah, tidak ada pembesaran kelenjar
tonsil
Telinga : simetris, tidak ada serumen, ada
gendang telinga,
pendengaran normal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar parotis,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembengkakan vena jugularis
Dada : bunyi nafas normal, bunyi
jantung normal, tidak ada
retraksi dinding dada
Payudara : simetris, tegang,
teraba penuh, bersih, aerola
hiperpigmentasi, puting susu menonjol dan
tidak lecet,
tidak ada massa, ASI keluar sedikit.
Abdomen :
tidak ada luka bekas operasi, tidak ada massa, TFU
persetengahan pusat
Ekstremitas
Atas : simetris, gerakan normal,
jumlah jari lengkap, warna kuku
merah muda, tidak oedema
Bawah : simetris, gerakan normal, jumlah
jari lengkap, warna kuku
merah muda, tidak oedema, tidak varises,
reflek patella
ka/ki (+)
Genetalia : bersih, tidak bengkak, tidak ada pus,
vulva tidak varises,
tidak ada pembesaran kelenjar bartolini
Jahitan dalam : -
Jahitan luar : -
Lochea : sanguinolenta (merah kecoklatan)
Anus : tidak haemoroid
3.
Pemeriksaan
penunjang Tgl : - , Pukul : - WIB
-
4.
Data
penunjang
Riwayat persalinan
Masa gestasi : 39 minggu
Komplikasi : -
Plasenta : Lengkap
a.
Lahir : Spontan
b.
Berat : ± 500 gram
c.
Tali
pusat : panjang : ± 50 cm Insersio : centralis
d.
Kelainan : -
Perineum
a.
Robekan
di : -
b.
Jahitan
dalam : -
c.
Jahitan
luar : -
Perdarahan
Kala I : ± 10 cc
Kala II : ± 30 cc
Kala III : ± 70 cc
Kala IV : ± 100 cc
Total : ± 210 cc
Lama Persalinan
Kala I : 7 jam 30 menit
Kala II : 0 jam 20 menit
Kala III : 0 jam 5 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit
Total : 9 jam 55 menit
Tindakan
lain : -
Nilai APGAR : 1’ : 7, 5’ : 9, 10’ : 10, 2 jam :
10
II.
INTERPRETASI
DATA
A.
Diagnosa
kebidanan
Seorang ibu Ny. R umur 25
tahun P1 A0 Ah1, 4 hari post partum dengan bendungan ASI.
Data Dasar:
S : - ibu mengatakan berumur 25 tahun
- ibu mengatakan sudah
melahirkan 1 kali
- ibu mengatakan belum
pernah abortus
- ibu mengatakan payudaranya sakit
- ibu mengatakan
melahirkan tanggal 24 September 2012 jam 05.15 WIB
O : - KU :
baik, keasadaran : CM
-
TTV : TD 120/80 mmHg, N : 76 x/menit
S : 37,5 0C, R : 18 x/menit
-
Pemeriksaan fisik :
Payudara:
ASI keluar tidak lancar, nyeri, tegang, teraba penuh.
B.
Masalah
Tidak ada
Data Dasar:
III.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Mastitis
IV.
ANTISIPASI
TINDAKAN SEGERA
A.
Mandiri
Mengajari tehnik
cara menyusui yang benar
B.
Kolaborasi
-
C.
Merujuk
-
V.
PERENCANAAN Tanggal : 28 Setember 2012 Pukul : 09.30 WIB
1. Beritahu ibu tentang keadaannya.
2. Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar
3. Ajarkan ibu cara perawatan payudara
4. Anjurkan ibu untuk memberi bayinya ASI
eksklusif
5. Beri ibu KIE tanda bahaya masa nifas
6. Beri ibu KIE gizi
7. Berikan terapi
VI.
PELAKSANAAN Tanggal: 28 September 2012
Pukul : 09.40 WIB
1. Memberitahu ibu tentang keadaannya
bahwa ibu mengalami bendungan asi yaitu pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau tidak dikosongkan secara sempurna. Hal ini
disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena bayi tidak cukup
sering disusui atau teknik menyusui yang salah.
2. Mengarkan ibu teknik menyusui yang
benar yaitu cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyusui, kemudian bersihkan
puting susu serta areola ibu dengan menggunakan kapas DTT. Bayi dipangku ibu
dengan satu tangan, telapak tangan ibu menyangga badan bayi, perut bayi
menempel pada perut ibu, tekan areola sampai ASI keluar, lalu oleskan ASI pada
puting dan sekitar areola. Pegang payudara dengan menggunakan ibu jari yang
diletakkan di atas payudara dan empat jari menopang payudara. Kemudian berikan
rangsangan kepada bayi dengan cara meletakkan puting susu di bibir bayi atau
pipi bayi pada saat mulut bayi sudah membuka masukkan puting beserta areola
kedalam mulut bayi, susui bayi sampai bayi merasa puas, selanjtnya apabila ibu
ingin menggantikan dengan payudara lain, ibu jangan langsung melepas hisapan
bayi namun disini dianjurkan dengan menggunakan jari kelingking ibu kemudian
dimasukkan kedalam mulut bayi dan tekan dagu kearah bawah, pada saat mulut bayi
sudah membuka lepas payudara, kemudian apabila ibu sudah selesai menyusui
jangan lupa untuk mengoleskan ASI disekitar puting dan payudara, jangan dilap
menggunakan kain tapi cukup dibiarkan kering tersendiri. Dan jangan lupa Ibu
dianjurkan untuk menyendawakan bayi dengan cara tubuh bayi ibu letakkan pada
dada ibu lalu tepuk-tepuk punggung bayi secara perlahan atau kalau ibu takut
bayi terjatuh ibu bisa memangkunya dengan cara bayi ditengkurapkan dan caranya
sama seperti tadi ditepuk-tepuk secara perlahan, kemudian cuci tangan apabila
ibu sudah selesai menyusui.
3. Mengajarkan ibu perawatan payudara
dengan menggunakan kapas, baby oil, air hangat, dan air dingin. Serta
mengajarkan pada ibu mengurangi nyeri dan ketegangan payudara dengan memijatnya
(massage payudara, massage leher dan punggung). Putting susu yang tenggelam
ditarik-tarik agar menonjol (gerakan Hoffman). Menganjurkan pada ibu agar
melakukan perawatan payudara 2x/hari sebelum mandi, dan ketika mandi melakukan
perawatan putting susu. Ibu juga bisa mengurangi rasa sakit dengan kompres
panas, kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi bengkak
4. Menganjurkan ibu untuk memberi
bayinya ASI eksklusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan makanan
dan cairan apapun selama 6 bulan.
5. Memberitahu tanda bahaya masa nifas
yaitu terjadi perdarahan yang banyak pada jalan lahir, berbau busuk dari
kemaluan, keluarnya nanah dari jalan lahir, nyeri kepala hebat, pandangan
kabur, kejang dan demam. Apabila ibu mengalami salah satu tanda tersebut, ibu harus
ke tenaga kesehatan.
6. Memberikan ibu KIE gizi yaitu
mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
vitamin, dan mineral. Sumber yang dapat diperoleh dari ikan, telur, tahu,
tempe, seafood, daging ayam, hati, daging sapi, keju, susu, kacang-kacangan,
sayuran berwarna hijau, hal ini berguna untuk pertumbuhan dan penggantian
sel-sel yang rusak atau mati, serta melindungi tubuh dari serangan penyakit dan
pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu juga sebaiknya minum
sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui. Ibu juga
sebaiknya minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan dan minum
vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI.
7. Memberikan ibu terapi obat
antipiretik yaitu paracetamol 500 gram 3x sehari.
VII.
EVALUASI Tanggal : 28
September 2012 Pukul : 10.15 WIB
1. Ibu mengerti tentang keadaannya.
2. Ibu mengerti tentang tehnik menyusui yang benar
dan akan melakukannya di rumah.
3. Ibu mengerti tentang perwatan payudara dan akan
melakukannya di rumah.
4. Ibu mengerti dan bersedia memberi bayinya ASI
eksklusif.
5. Ibu mengerti tentang tanda bahaya masa nifas dan
akan ke tenaga kesehatan bila ibu mengalaminya.
6. Ibu mengerti tentang gizi ibu nifas dan akan
mengkonsumsi makanan bergizi sesuai anjuran bidan.
7. Ibu sudah diberikan terapi dan bersedia
meminumnya sesuai anjuran bidan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu
adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan.
Faktor yang dapat menyebabkan bendungan
ASI, yaitu:
-
Pengosongan mamae yang tidak
sempurna
-
Faktor hisapan bayi yang tidak
aktif
-
Faktor posisi menyusui bayi
yang tidak benar
-
Puting susu terbenam
-
Puting susu terlalu panjang
Gejala yang dirasakan ibu apabila
terjadi bendungan ASI adalah :
-
Bengkak pada payudara
-
Payudara terasa keras
-
Payudara terasa panas dan nyeri
Bendungan ASI dapat dicegah dan bila
telah terjadi dapat dilakukan penatalaksaan agar tidak menjadi Mastitis.
B. Saran
1. Sebaiknya sesering mungkin ibu menyusui bayinya tanpa di jadwal serta melakukan teknik menyusui yang
benar
2. Sebaiknya sebelum ibu nifas pulang, berikan KIE
pada ibu agar mereka mampu menyusui dengan benar serta mampu melakukan
perawatan payudara sendiri serta mampu menangani bila ibu mengalami bendungan
ASI.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. Depkes: Jakarta
Henderson. C. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. EGC: Jakarta
Prawirohardjo,Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta.Bina Pustaka Sarwono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar