BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Televisi sekarang telah menjelma
sebagai sahabat yang aktif mengunjungi anak-anak. Bahkan dilingkungan keluarga
yang para orang tuanya sibuk bekerja di luar rumah televise telah berfungsi
ganda, yaitu sebagai penyaji hiburan sekaligus sebagai pengganti orang tua
dalam mendampingi keseharian anak-anak. Ironisnya, ditengah-tengah peran
vitalnya selaku media hiburan keluarga, dunia pertelevisian kini telah
mengalami disorientasi dalam ikut mendidik penontonnya. Sebagaimana dikemukakan
oleh Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Titie Said. Dunia pertelevisian kini
terancam oleh unsur-unsur vulgarisme, kekerasan, dan pornografi (KR,23/9-2003).
Ketiga unsur tersebut hampir-hampir menjadi sajian rutin di sejumlah stasiun
televise serta dapat ditonton secara bebas bahkan oleh kalangan anak-anak.
Padahal ketiga unsure itu mestinya dicegah agar tidak ditonton oleh anak-anak
mengingat kondisi psikologi mereka yang belum mampu membedakan mana hal-hal
yang positif dan mana hal-hal yang negative dari sebuah tayangan televisi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui masalah-masalah
psikologis yang di sebakan oleh Televisi dan Komputer?
2. Bagaimana mengetahui cara-cara menghindari masalah
psikologis pada anak yang disebabkan oleh Televisi dan Komputer?
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui masalah – masalah Psikologi yang
disebabkan oleh Televisi dan Komputer
2. Untuk mengetahui cara-cara menghindari masalah
Psikologis pada anak yang disebabkan oleh Televisi dan Komputer.
BAB II
ISI
A.Masalah
Dalam sebuah
studi yang melibatkan sekitar 1.013 anak berusia di antara 10-11 tahun,
ditemukan bahwa mereka yang menonton televisi, menatap layar komputer, atau
kombinasinya, lebih dari 2 jam per hari akan mengalami masalah psikologi.
Masalah psikologi yang dimaksud
adalah kesulitan menjalin pertemanan, sulit berempati dengan teman, dan
dilaporkan merasa tidak bahagia. Penelitian dilakukan dengan mengikatkan alat
pengukur accelerometer, sebuah alat untuk mengukur aktivitas si anak
setiap 10 detik selama ia terjaga selama 7 hari.
Kemudian para
anak diminta untuk menceritakan seberapa lama mereka menonton televisi atua
menggunakan komputer di luar waktu harus mengerjakan pekerjaan rumahnya. Mereka
juga diminta menjawab pertanyaan seperti, seberapa sering mereka merasa tidak
bahagia, mood berantakan, ingin menangis, atau kesepian.
Anak-anak lebih bersifat pasif dalam
berinteraksi dengan TV, bahkan seringkali mereka terhanyut dalam dramatisasi
terhadap tayangan yang ada di televisi. Disatu sisi TV menjadi sarana sebagai
media informasi, hiburan bahkan bisa sebagai kemajuan kehidupan, namun disisi
lain TV dapat menularkan efek yang buruk bagi sikap, pola pikir, perilaku anak.
Televisi
tidak bisa dipungkiri, kini boleh jadi telah menjadi pengasuh setia masyarakat.
Tak terkecuali anak-anak. Yang jadi masalah, kalau anak-anak menonton tayangan
televisi yang tidak sesuai dengan usianya. Misalnya, tayangan seks dan
kekerasan. Anak-anak yang masih rentan daya kritisnya, akan mudah sekali
terpengaruh dengan isi dan materi tayangan televisi yang ditontonnya, dan
pengaruhnya bisa terbawa sampai mereka dewasa.
Oleh sebab itu para orang tua
senantiasa diingatkan untuk menerapkan kontrol yang ketat terhadap kebiasaan
menonton tivi bagi anak-anaknya. Karena kalau tidak dimulai dari sekarang,
dampaknya sangat membahayakan buat perkembangan jiwa mereka.
Kekerasan di TV membuat anak menganggap kekerasan
adalah jalan untuk menyelesaikan masalah. Dampak menonton televisi bagi
anak-anak. Antara lain bisa menimbulkan ketagihan dan ketergantungan serta pola
hidup konsumtif di kalangan anak-anak. Anak-anak akan merasa pantas untuk
menuntut apa saja yang ia inginkan.
Terlepas
dari baik buruknya tayangan televisi yang ditonton seorang anak, pola menonton
tivi yanAnak-anak lebih bersifat pasif dalam berinteraksi dengan TV, bahkan
seringkali mereka terhanyut dalam dramatisasi terhadap tayangan yang ada di
televisi. Disatu sisi TV menjadi sarana sebagai media informasi, hiburan bahkan
bisa sebagai kemajuan kehidupan, namun disisi lain TV dapat menularkan efek
yang buruk bagi sikap, pola pikir, perilaku anak.
Televisi
tidak bisa dipungkiri, kini boleh jadi telah menjadi pengasuh setia masyarakat.
Tak terkecuali anak-anak. Yang jadi masalah, kalau anak-anak menonton tayangan
televisi yang tidak sesuai dengan usianya. Misalnya, tayangan seks dan
kekerasan. Anak-anak yang masih rentan daya kritisnya, akan mudah sekali
terpengaruh dengan isi dan materi tayangan televisi yang ditontonnya, dan
pengaruhnya bisa terbawa sampai mereka dewasa.Oleh sebab itu para orang tua
senantiasa diingatkan untuk menerapkan kontrol yang ketat terhadap kebiasaan
menonton tivi bagi anak-anaknya. Karena kalau tidak dimulai dari sekarang,
dampaknya sangat membahayakan buat perkembangan jiwa mereka.
Kekerasan di TV membuat anak
menganggap kekerasan adalah jalan untuk menyelesaikan masalah. Dampak menonton
televisi bagi anak-anak. Antara lain bisa menimbulkan ketagihan dan
ketergantungan serta pola hidup konsumtif di kalangan anak-anak. Anak-anak akan
merasa pantas untuk menuntut apa saja yang ia inginkan.
Terlepas dari baik buruknya tayangan televisi yang
ditonton seorang anak, pola menonton tivi yang tidak terkontrol akan
menimbulkan dampak psikologis bagi anak-anak.
Yang pertama, ketrampilan anak jadi
kurang berkembang. Usia anak adalah usia dimana si anak sedang mengembangkan
segala kemampuannya seperti kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang
lain dan kemampuan mengemukakan pendapat. Dampak lainnya, disadari atau tidak,
perilaku-perilaku yang dilihat di TV akan menjadi satu memori dalam diri si
anak dan akibatnya si anak menjadi meniru yang bisa berkembang menjadi karakter
pribadinya di kemudian hari, kalau tidak segera diantisipasi. Jadi jangan
heran, kalau orangtua melihat tingkah anaknya yang kasar atau suka mengeluarkan
kata-kata yang tidak pantas diucapkan, meski orang tua setengah mati meyakinkan
bahwa mereka tidak pernah mendidik anaknya seperti itu. Bisa jadi, itu akibat
pola menonton tv yang tidak terkontrol.
Secara umum ada tiga lingkungan yang
sangat mempengaruhi kualitas mental dan spiritual anak, yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial budaya yang berhubungan
dengan nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku di masyarakat, termasuk di
dalamnya pengaruh televisi, buku dan media massa. Ketiga lingkungan tersebut
saling menopang dalam mempengaruhi perkembangan dan pembentukan karakter anak.
Sebenarnya, lingkungan kedua dan
ketiga dapat dikontrol pengaruhnya jika lingkungan pertama yakni orang
tua-dalam hal ini keluarga-mampu memaksimalkan perhatiannya terhadap pengasuhan
dan pendidikan anak-anak. Kita sangat paham bahwa anak adalah makhluk aktif
yang tengah dalam penjelajahan mencari dunianya. Ia membutuhkan pemandu agar ia
tidak salah dalam memilih jalan hidupnya. Pemandu itu tidak lain adalah orang
tua dan para pendidik (guru). Karena itu, orang tua ataupun guru, sebagai
pendidik normal, perlu memahami bagaimana cara menumbuh kembangkan anak, serta
memahami pula teknik-teknik bagaimana berinteraksi dengan anak yang sesuai
dengan aqidah serta fleksibel dengan tuntutan jaman.
B. Penyelesaian
1. Pergi ke perpustakaan atau ke
toko buku terdekat
Biasakan anak membaca buku. Bila
sempat, sisakan waktu setiap hari, kalau tidak, beberapa kali setiap minggu
untuk membacakan cerita kepada anak atau biarkan sekali-kali anak yang
membacakan cerita untuk Anda. Jangan lupa untuk membahas kembali apa yang telah
dibaca. Tanyakan kepada mereka tentang ceritanya, bantu mereka menemukan
kosakata baru dan ajak anak untuk membaca beragam macam bacaan. Buatlah membaca
itu gampang dan menyenangkan bagi si anak dengan cara membuat buku berada di
sekitar mereka. Ajak mereka ke perpustakaan. Sediakan sebanyak mungkin buku
yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku
sebagai hadiah ulangtahun, liburan atau lebaran.
2. Bercocok tanam
TV menjauhkan kita dari alam.
Padahal banyak hal yang bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bisa
didapatkan dari menonton TV. Dengan mengajak anak bercocok tanam, Anda bisa
mengajarkan kepada anak Anda banyak hal. Mulai membuat taman bunga sendiri,
atau bahkan 1 pot saja. Dengan ini anak bisa belajar makna tumbuh dan
bertanggung jawab. Jadi setiap kali ia menyiram bunganya di pagi hari, ia akan
ingat bahwa tanaman, seperti kita semua itu mulai dari benih, tumbuh,
berkembang dan kelak layu dan mati. Dan selalu perlu air dan matahari.
3. Bermain
Hidup anak pada dasarnya adalah bermain.Dengan bermain,
anak belajar banyak hal.
4. Melihat awan
Aneh? Mungkin. Karena kita tidak
dibiasakan menikmati langit. Atau kita biasa hanya terpaku dengan indahnya
bintang-bintang di malam hari. Padahal awan itu hampir selalu ada, selalu
bergerak dan kadang-kadang membentuk hal-hal yang unik, seperti kuda nil, atau
pesawat terbang. Kita bisa mengajak anak untuk menggambarkan bentuk apa yang
dia lihat di awan. Kadang mereka bisa melihat 1 awan tapi dengan 2 bentuk yang
berbeda. Kita juga bisa mengajaknya membuat puisi tentang awan. Atau biarkan
mereka mengarang cerita tentang apa kira-kira rasanya bila kita bisa hidup di
awan. Hal ini bisa memicu daya imajinasi dan kreativitas.
5. Menulis surat
Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah
begitu jauh dari kehidupan anak-anak kita. Dengan
teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan telepon
untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain
mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos),
menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima
balasan. Ajak anak menulis surat ke nenek kakek atau saudara yang tinggal jauh.
Dan tunggu balasannya! Jika anak mulai mengenal teknologi internet, bisa saja
sarana e-mail bisa digunakan untuk melatih kebiasaan menulis.
6. Jalan-jalan
Jalan-jalan itu mudah dan murah.
Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan-jalan ke rumah teman atau sekadar
berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga. Kita juga bisa
berjalan-jalan ke taman kota dan membuat piknik atau sekadar bermain di sana.
Jalan-jalan itu baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan
resiko terkena penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga
bisa mengurangi berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan
melepaskan stres. Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa
meringankan tekanan pada otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga
bagus untuk lingkungan. Kalau kita lebih sering berjalan dari pada menggunakan
transportasi bermesin, kita bisa menghemat 7 milyar gallon bensin dan 9.5 juta
ton asap pembuangan kendaraan bermotor pertahunnya.
7. Berenang
Semua anak suka bermain air. Jadi ajak anak berenang.
Selain sangat menyenangkan, berenang itu juga salah satu cara berolahraga.
Kalau bosan untuk berenang di kolam sekitar, ajak anak untuk pergi ke pantai.
Selain bermain dengan ombak, anak juga bisa diajak membuat istana yang indah
dari pasir dan mengoleksi kerang-kerang yang cantik.
8. Bersepeda
8. Bersepeda
Kalau dilakukan sendiri, mungkin
bisa membosankan. Tapi coba lah bersepeda pagi-pagi bersama seluruh keluarga.
Selain murah dan menyehatkan, kita bisa mengajak anak untuk menghias sepedanya
menjadi sepeda yang indah.
9. Mendengarkan radio atau membaca koran
Anak sekarang sudah jarang sekali
mendengarkan radio, apalagi membaca koran. Padahal mungin mereka bisa
mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya dibanding mendengarkan berita
di TV. Radio bisa melatih anak untuk mendengarkan dengan baik dan koran bisa
mengajak anak untuk menambah wawasannya tentang dunia
10. Memasak bersama ibu
Masak-memasak bukan hanya kerjaan
’perempuan’, bila sesuai, anak lelaki pun tidak ada salahnya diajak memasak
bersama. Suatu hari keahlian itu pasti berguna juga baginya. Ajak anak Anda
memasak makanan-makanan ringan yang unik dan mengasyikkan.
11. Bikin lomba antar RT
Ini selalu berhasil bila 17
Agustusan tiba. Sekarang kita tidak perli menunggu moment itu. Rancang rencana
perRT/RW untuk membuat acara massal anak-anak yang murah meriah setiap
minggunya, jadi anak tidak terpukau di depan TV.
12. Berolahraga
Kadang kata olahraga terdengar
berat, tapi setelah dilakukan biasanya menyenangkan. Selain jalan-jalan,
bersepeda dan berenang, masih banyak lagi olahraga yang bisa dilakukan bersama
keluarga. Kalau mau yang sederhana, main badminton. Kalau mau yang lebih menantang,
pergi water rafting!
13. Bakti sosial
Kita sering lupa mengajak anak untuk
memerhatikan orang-orang di lingkungan sekitar yang tidak seberuntung mereka.
Ajak anak Anda untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari
barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk
disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar rumahmu.
14. Rapikan rumah dan halaman
14. Rapikan rumah dan halaman
Biasanya yang ini adalah tugas
pembantu rumah tangga. Kali ini, ajak anak Anda untuk memerhatikan tempat
tinggalnya sendiri. Karena pembantu tidak selalu ada untuk melayani. Ingatkan
anak bahwa pembantu disebut demikian karena tugasnya memang ’membantu’ hal-hal
yang kita tidak bisa kerjakan. Bukan sebaliknya. Dengan demikian anak akan
belajar untuk bertanggung jawab dan lebih menghargai pembantu. Lagipula,
tinggal di lingkungan yang rapi dan bersih itu sehat dan menyenangkan.
15. Ambil les
Pelajaran di sekolah hanya melatih
otak kiri. Jangan lupa untuk melatih otak kanannya. Ambil les yang menarik dan
sesuai dengan bakat anak anda. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola
atau drumnya, atau les menari mulai dari tarian daerah, tarian modern dan
ballet, atau les-les lainnya. Tapi ingat, jangan sampai les-les ini menambah
beban belajar yang sudah menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu
yang cukup untuk istirahat juga.
16. Bercengkrama dengan keluarga
Karena penelitian mengatakan bahwa
54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan
ayahnya. Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40
menit perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan
dengan keluarga tidak bisa dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu
kita untuk keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong
aktivitas sehari-hari.
17. Belajar
Sebetulnya apapun yang kita lakukan
merupakan pembelajaran. Jadi belajar itu bukan hanya lewat buku. Belajar
hal-hal baru yang belum kita ketahui. Belajar naik motor atau membuat sarang
burung dari kayu. Belajar mengantri, belajar main basket atau belajar untuk
sehari saja tidak nonton TV.
18. Mengerjakan keterampilan tangan
Banyak buku sekarang yang
mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga kita bisa melakukannya secara
otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam bentuk bermacam ragam, mulai dari
meyulam, origami sampai membuat bunga dari sabun mandi.
19. Ke kebun binatang atau musium
Mengunjungi kebun binatang selalu
menyenangkan. Karena kita bisa melihat beragam binatang yang tidak biasa kita
lihat sehari-hari. Anak-anak biasanya menyukainya. Bila berani, ada waktu, dan
transportasi, kita juga bisa mengunjungi taman safari dan bersentuhan dengan
binatang-binatang itu secara langsung. Selain itu, musium juga menarik untuk
dikunjungi. Dari musium kita bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat
langsung artifak-artifak menarik tentangnya.
C. Masalah Psikologi terhadap anak.
Pengaruh Media terhadap anak
makin besar,teknolog semakincanggih
& intensitasnya semakin tinggi.Padahal orangtua
tidak puny awaktu yang cukup untuk memerhatikan,mendampingi dan mengawasi anak.
Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton
TV ketimbang melakukan hal lainnya. Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu
menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumahdan menonton,
bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran
hidup yang penting, seperti bagaimanacara berinteraksidengantemansebaya,
belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.
Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam bloknya “http\pengaruh-nonton tv padab anak-anak.
Mengungkapkan fakta bahwa Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap
dampak negative siaran TV.
Anak-anak lebih bersifat pasif
dalam berinteraksi dengan TV, bahkan seringkali mereka terhanyut dalam dramati sasiterhadap
tayangan yang ada di televisi.Disatusisi TV menjadi sarana sebagai media
informasi, hiburan bahkan bias sebagai kemajuan kehidupan, namundisisi lain TV
dapatmenularkanefek yang burukbagisikap, polapikir, perilaku anak.Misalnya,
tayangan seks dan kekerasan.Anak-anak yang masih rentan daya kritisnya, akan mudah
sekali terpengaruh dengan isi dan materi tayangan televisi yang ditontonnya,
danpengaruhnyabisaterbawasampaimerekadewasa.
Kebiasaan menonton
TV dapat membuatanakmenjadipemalu,
karenaterisolasidaripergaulannyadenganteman-temansebayalainnya.Hal itu yang
dapatmempengaruhipsikologisanakmenurutAthifAbul Id danSyeikhMuhamammadSa’idMarsadalambukunya
yang berjudul “Bermainlebihbaikdaripadanontontivi”.Selainitupolamenonton
TV yang tidakterkontrolakanmenimbulkandampakpsikologisbagianak-anak. Yang
pertama, keterampilananakjadikurangberkembang.Usiaanakadalahusiadimanasianaksedangmengembangkansegalakemampuannyasepertikemampuanberkomunikasi,
bekerjasamadengan orang lain dankemampuanmengemukakanpendapat. Dampaklainnya,
disadariatautidak, perilaku-perilaku yang dilihat di TV
akanmenjadisatumemoridalamdirisianakdanakibatnyasianakmenjadimeniru yang
bisaberkembangmenjadikarakterpribadinya di kemudianhari,
kalautidaksegeradiantisipasi. Jadijanganheran,
kalauorangtuamelihattingkahanaknya yang kasaratausukamengeluarkan kata-kata
yang tidakpantasdiucapkan, meski orang tuasetengahmatimeyakinkanbahwamerekatidakpernahmendidikanaknyasepertiitu.Bisajadi,
ituakibatpolamenontontv yang tidakterkontrol.
Anak-anak yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan
televisi atau konsol game akan lebih rentan mengalami kesulitan
psikologis, seperti masalah yang terkait dengan teman sebayanya, masalah emosi,
hiperaktif, atau menyukai hal-hal yang menantang dibanding dengan anak yang
jarang menonton TV.
D.Cara Menghindari
1.Mengurangi waktu menonton TV,dengan cara:
Ø Pindahkan TV
ke tempat yang tidak begitu ‘mencolok’
Ø Matikan TV
pada waktu makan.
Ø Tentukan
hari-hari apa saja dalam seminggu yang akan dilalui tanpa TV.
Ø Jangan
gunakan kesempatan menonton TV sebagai hadiah.
Ø Berhenti
berlangganan channel tambahan (cable, dll) dan gunakan uangnya untuk membeli hal-hal yang berguna
lainnya, seperti buku.
Ø Pindahkan TV
dari kamar anak Anda.
Ø Sembunyikan
remote controlnya.
Ø Tidak ada TV
di hari sekolah.
Jangan
terlalu khawatir bila anak mengaku bosan, karena kebosanan itu lama-lama akan
menghilang dan biasanya justru menciptakan kreativitas. Karena anak banyak
dipengaruhi dengan yang dilakukan orangtua mereka, adalah sangat penting untuk
memperhatikan bahwa usaha apa saja, seperti lebih banyak berolahraga,
mengonsumsi makanan yang lebih bergizi atau menonton TV lebih sedikit,
dilakukan sebagai ‘acara keluarga’ sehingga mematikan TV adalah usaha yang
dilakukan oleh setiap anggota keluarga untuk menyisihkan waktu bercengkrama
bersama.
2.Peran Orang Tua Dan Lingkungan
Perilaku berisiko tinggi yang
dilakukan remaja perlu dicermati dengan bijaksana karena di satu pihak dapat
merupakan perilaku sesaat tapi juga dapat pula merupakan pola perilaku yan
terus menerus yang dapat membahayakan diri, orang lain maupun lingkungan. Untuk
itu diperlukan suatu cara pendekatan yang komprehensif dari semua pihak baik
orang tua, guru maupun masyarakat sekitar agar memahami perkembangan jiwa
remaja dengan harapan masalah remaja dapat tertanggulangi.
Selain ketiga masalah psikososial
yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas
terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan
remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll. Semua masalah
tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan
calon penerus generasi bangsa. Ditangan remajalah masa depan bangsa ini
digantungkan.
Terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi
pada remaja, yaitu antara lain :
a.Peran Orangtua
1) Menanamkan
pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
2) Membekali
anak dengan dasar moral dan agama
3) Mengerti
komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
4) Menjalin
kerjasama yang baik dengan guru
5) Menjadi
tokoh panutan dalam perilaku maupun menjaga lingkungan yang sehat
6) Menerapkan
disiplin yang konsisten pada anak Hindarkan anak dari NAPZA
b.Peran Sebagai Pendidik
Orang tua hendaknya menyadari banyak
tentang perubahan fisik maupun psikis yang akan dialami remaja. Untuk itu orang
tua wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak. Nilai-nilai agama yang
ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dini merupakan bekal dan benteng
mereka untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Agar kelak remaja
dapat membentuk rencana hidup mandiri, disiplin dan bertanggung jawab, orang
tua perlu menanamkan arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang
mereka dapatkan di sekolah, di luar sekolah serta di dalam keluarga.
c.Peran Sebagai Pendorong
Menghadapi masa peralihan menuju
dewasa, remaja sering membutuhkan dorongan dari orang tua. Terutama saat
mengalami kegagalan yang mampu menyurutkan semangat mereka. Pada saat itu,
orang tua perlu menanamkan keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam
menghadapi masalah, serta tidak gampang menyerah dari kesulitan.
d.Peran Sebagai Panutan
Remaja memerlukan model panutan di
lingkungannya. Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan, baik dalam
menjalankan nilai-nilai agama maupun norma yang berlaku di masyarakat. Peran
orang tua yang baik akan mempengaruhi kepribadian remaja.
e.Peran Sebagai Pengawas
Menjadi kewajiban bagi orang tua
untuk melihat dan mengawasi sikap dan perilaku remaja agar tidak terjerumus ke
dalam pergaulan yang membawanya ke dalam kenakalan remaja dan tindakan yang
merugikan diri sendiri. Namun demikian hendaknya dilakukan dengan bersahabat
dan lemah lembut. Sikap penuh curiga, justru akan menciptakan jarak antara anak
dan orang tua, serta kehilangan kesempatan untuk melakukan dialog terbuka
dengan anak dan remaja.
f.Peran Sebagai Teman
Menghadapi remaja yang telah
memasuki masa akil balig, orang tua perlu lebih sabar dan mau mengerti tentang
perubahan pada remaja. Perlu menciptakan dialog yang hangat dan akrab, jauh
dari ketegangan atau ucapan yang disertai cercaan. Hanya bila remaja merasa
aman dan terlindung, orang tua dapat menjadi sumber informasi, serta teman yang
dapat diajak bicara atau bertukar pendapat tentang kesulitan atau masalah
mereka.
g.Peran Sebagai Konselor
Peran orang tua sangat penting dalam
mendampingi remaja, ketika menghadapi masa-masa sulit dalam mengambil keputusan
bagi dirinya. Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai yang
positif dan negatif , sehingga mereka mampu belajar mengambil keputusan
terbaik. Selain itu orang tua juga perlu memiliki kesabaran tinggi serta
kesiapan mental yang kuat menghadapi segala tingkah laku mereka, terlebih lagi
seandainya remaja sudah melakukan hal yang tidak diinginkan. Sebagai konselor,
orang tua dituntut untuk tidak menghakimi, tetapi dengan jiwa besar justru
harus merangkul remaja yang bermasalah tersebut.
h.Peran Sebagai Komunikator.
Suasana harmonis dan saling memahami
antara orang tua dan remaja, dapat menciptakan komunikasi yang baik. Orang tua
perlu membicarakan segala topik secara terbuka tetapi arif. Menciptakan rasa
aman dan telindung untuk memberanikan anak dalam menerima uluran tangan orang
tua secara terbuka dan membicarakan masalahnya. Artinya tidak menghardik anak.
i.Peran Guru
1) Bersahabat
dengan siswa
2) Menciptakan kondisi
sekolah yang nyaman
3) Memberikan
keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
4) Menyediakan
sarana dan prasarana bermain dan olahraga
5) Meningkatkan
peran dan pemberdayaan guru BP
6) Meningkatkan
disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
7) Meningkatkan
kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
8) Meningkatkan
keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempa
9) Mengadakan
kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
10) Menciptakan
kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat adalah hal
fisik, mental, spiritual dan sosial
11) Meningkatkan
deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
j.Peran Pemerintah dan masyarakat
1) Menghidupkan
kembali kurikulum budi pekerti
2) Menyediakan
sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan
bermain
3) Menegakkan
hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
4) Memberikan
keteladanan
5) Menanggulangi
NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
6) Lokasi
sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
k.Peran Media
1) Sajikan
tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
2) Sampaikan
berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
3) Adanya
rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus
untuk remaja
Saat ini masih sedikit klinik khusus
kesehatan remaja, sehingga para remaja yang memiliki masalah psikososial
diperiksakan kepada dokter ahli jiwa psiakater terdekat. Peran Puskesmas yang
kini sudah mengakar di masyarakat bisa dikembangkan untuk mempunyai divisi
khusus yang menangani permasalahan remaja.
Pembentukan Klinik Kesehatan Remaja
agaknya bisa menjadi solusi mengatasi makin tingginya remaja yang terkena
penyakit infeksi seksual menular dan penyakit lain akibat penyalahgunaan
narkoba. Melalui klinik khusus tersebut, remaja bisa mengungkapkan persoalannya
tanpa takut‑-takut guna dicarikan solusi atas masalahnya tersebut.
\
BAB III
PENUTUP
Faktor
keterpengaruhan tayangan televisi terhadap realitas pendidikan, pada anak-anak
bukan hanya tugas orang tua, pendidik di sekolah ataupun pemerintah saja, namun
itu semua merupakan tanggung jawab yang harus dipikul oleh siapa saja yang
masih membutuhkan pendidikan dan ilmu sebagai proses pembelajaran dan menaruh
peduli terhadap perkembangan dan masa depan generasi bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar