Minggu, 21 April 2013

Hipertermi




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hipertersi ini biasanya diwariskan sebagai ciri dominan autoan. Sindrom ini terjadi pada semua penyakit inti sentral,tetapi tidak terbatas pada niopati tertentu. Gena yang cacat pada lokus 19913.1 terdapat pada penyakit inti sentral maupun hipertermia maligna tanpa miopati tertentu ini. Sindrom ini jarang terdapat pada sistroti muskularis duchenne & dustrafi muskularis lain. Pada sindrom tersendiri yang tidak terkait dengan penyakit otot lain. Anak yang terkena kadang-kadang tidak memiliki wajah yang aneh semua usia dapat terkena. Bahkan termasuk bayi prematur yang ibunya mengalami anastesia umum untuk bedah sesar.
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa itu hipertermi pada neonatus ?
b.      Apa saja klasifikasi hipertermi pada neonatus ?
c.       Apa saja factor dari hipertermi pada neonatus ?
d.      Bagaimana dan apa saja penatalaksanaan hipertermi pada neonatus ?

C.     Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian hipertermi pada neonatus.
b.      Untuk mengetahui apa saja klasifikasi hipertermi pada neonatus.
c.       Untuk mnegetahui apa saja factor hipertermi pada neonatus.
d.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hipertermi pada neonatus.








BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian
                        Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC, keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal yaitu suhu tubuh mencapai sekitar 40o secara terus menerus . Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamusbila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhuioleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat.
     Secara etiologi Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu . zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen . zat pirogen ini dapat berupa protein , pecahan protein , dan zat lain . terutama toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit .
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.

B. Etiologi
Hipertermia dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu . zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen . zat pirogen ini dapat berupa protein , pecahan protein , dan zat lain . terutama toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit .
Fase – fase terjadinya hipertermi :
Fase I : awal
a)      Peningkatan denyut jantung .
b)      Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan .
c)      Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat .
d)     Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi .
f)       Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi .
g)      Rambut kulit berdiri .
h)      Pengeluaran keringat berlebih .
i)        Peningkatan suhu tubuh .
Fase II : proses demam
a)      Proses menggigil lenyap .
b)      Kulit terasa hangat / panas .
c)      Merasa tidak panas / dingin .
d)     Peningkatan nadi & laju pernapasan .
e)      Peningkatan rasa haus .
f)       Dehidrasi ringan sampai berat .
g)      Mengantuk , delirium / kejang akibat iritasi sel saraf .
h)      Lesi mulut herpetik .
i)        Kehilangan nafsu makan .
j)        Kelemahan , keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein .


Fase III : pemulihan
a)      Kulit tampak merah dan hangat .
b)      Berkeringat .
c)      Menggigil ringan .
d)     Kemungkinan mengalami dehidrasi .
C. Faktor Penyebab
Ada beberapa faktor penyebab hipertermi antara lain :
1.      Suhu badan tinggi (>37,5°C)
2.      Terasa kehausan.
3.      Mulut kering
4.      Kedinginan,lemas
5.      Anoreksia (tidak selera makan)
6.      Nadi cepat.
7.      Pernafasan cepat (>60X/menit)
Ada pun tanda atau Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :
1.      Suhu tubuh bayi > 37,5 °C-
2.      Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit-
3.      Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah urine berkurang

D.  Klasifikasi Hipertermi
     1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
 a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.    
 Gambaran klinis meliputi kekakuan otot terutama otot masseter sehingga menyebabkan rhabdomyolisis, peningkatan CO2 tidal, takikardia, dan peningkatan suhu tubuh yang cepat (0.50 – 1.00 C tiap 5 - 10 menit, suhu dapat mencapai 440C) Tatalaksana utama adalah menurunkan suhu tubuh dengan cepat dan agresif dengan total body cooling (air es/dingin lewat NGT, rectal, dan IV), segera menghentikan pemakaian obat anestesi, pemberian oksigen 100%, memperbaiki asidosis, furosemid (1 mg/kgBB), manitol 20% (1 g/kgBB),insulin, dextrose, hidrokortison, Dantrolone (antidote spesifik 2.5 mg/kgBB IV dan kemudian tiap 5-10 menit) dan mengatasi aritmia.
b. Exercise-Induced hyperthermia (Exertional heat stroke)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).
2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a. Hipertermia neonatal
   Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh:
1)       Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.


2)       Overheating
        Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3)        Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.
4)       Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang  bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
5)       Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 410C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, hipernatremia, peningkatan CPK, enzim hati dan tripsin, hipoglikemia, hipokalsemia, trombositopenia, penurunan faktor II, V, hiperfibrinogenemia, dan alpha-1-antitripsin.
          Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
6)       Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karena dapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea. Stanton mengemukakan bahwa 94% (32 dari 34 kasus) SIDS ditemukan meninggal dalam keadaan terbungkus baju rapat dengan suhu ruangan
yang hangat dan suhu tubuh bayi panas serta berkeringat. Penyelimutan/pembungkusan bayi yang berlebihan, suhu ruangan yang terlalu tinggi, dan posisi tidur bayi tertelungkup dapat menyebabkan terbatasnya pengeluaran panas. Posisi tidur telentang adalah yang paling aman untuk mencegah SIDS. Infeksi ringan dengan febris yang digabung dengan pembungkusan bayi berlebihan dapat menimbulkan heat stroke dan SIDS.

E. Komplikasi Hipertermia
Pengaruh hipertermia terhadap sawar darah otak/ BBB adalah meningkatkan permeabilitas BBB yang berakibat langsung baik secara partial maupun komplit dalam terjadinya edema serebral.Selain itu hipertermia meningkatkan metabolisme sehingga terjadi lactic acidosis yang mempercepat kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema serebral.Edema serebral (ADO Regional kurang dari 20 ml/ 100 gram/ menit) ini mempengaruhi tekanan perfusi otak dan menghambat reperfusi adekuat dari otak, dimana kita ketahui edema serebral memperbesar volume otak dan meningkatkan resistensi serebral. Jika tekanan perfusi tidak cukup tinggi, aliran darah otak akan menurun karena resistensi serebral meninggi. Apabila edema serebral dapat diberantas dan tekanan perfusi bisa terpelihara pada tingkat yang cukup tinggi, maka aliran darah otak dapat bertambah.
Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat sirkulasi kolateral yang cukup aktif, kemudian darah akan mengalir secara pasif ke tempat iskemik oleh karena terdapatnya pembuluh darah yang berada dalam keadaan vasoparalisis. Melalui mekanisme ini daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin nekrotik (daerah penumbra) masih dapat diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat diperkecil sampai daerah pusat yang kecil saja yang tidak dapat diselamatkan lagi/nekrotik.
Apabila sirkulasi kolateral tidak dimanfaatkan untuk menolong daerah perbatasan lesi iskemik, maka daerah pusatnya yang sudah nekrotik akan meluas, sehingga lesi irreversible mencakup juga daerah yang sebelumnya hanya iskemik saja yang tentunya berkorelasi dengan cacat fungsional yang menetap, sehingga dengan mencegah atau mengobati hipertermia pada fase akut stroke berarti kita dapat mengurangi ukuran infark dan edema serebral yang berarti kita dapat memperbaiki kesembuhan fungsional.
F. Penatalaksanaan Hipertermia Bayi baru lahir
1.      Bila suhu diduga karena paparan panas berlebihan
2.      Bayi dipindah ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar 26°-28°C
3.      Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal (jangan menggunakan air es).
4.      Berikan cairan dekstrose : NaCl = 1:4 secara intravena sampai dehidrasi teratasi
5.      Antibiotik diberikan bila ada infeksi.
6.      Bila bayi pernah diletakan di bawah pemancar panas atau incubator
7.      Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam incubator, buka incubator sampai suhu dalam batas normal
8.      Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian
9.      Beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
10.  Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batar normal
11.  Periksa suhu incubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan pengatur suhu
12.  Manajemen lanjutan suhu lebih 37,5°C
13.  Yakin bayi mendapatkan masukan cukup cairan
1. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusui, beri ASI     panas dengan salah satu alternative cara pemberian minum
2. Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasinya
           Setelah suhu bayi normal:
 a. Lakukan perawatan lanjutan
   b. Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu badannya setiap 3 jam
             Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi minum dengan serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawat di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan, nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan melindungi dari pancaran panas yang berlebihan
1. Izinkan bayi mulai menyusu, jika bayi tidak dapat menyusu, berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan alternative
2. Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan elastisitas kulit, atau lidah atau membran mukosa kering) :
a. Pasang slang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan sesuai dengan usia bayi
b. Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari pertama dehidrasi terlihat 
c. Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l), atasi glukosa  darah yang rendah





BAB III
   PENUTUP
 Kesimpulan
    Peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).Penyakit berat dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitassistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panaslingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat.
    Penanganan hypertermia pada bayi baru lahir :
1. Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar 25 ºC-28 ºC
2. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal (jangan menggunakan air es)
3. Berikan cairan dextrose dan Nacl (1:4) sampai dehidrasi teratasi
4. Jika ada infeksi berikan antibiotik

Saran
Kami sebagai penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sangat berguna bagi kita untuk mengatasi penyakit hipertermia pada neonatus dan anak balita di bawah umur agar terhindarnya dari segala penyakit yang sangat berbahaya karena adanya penyakit hipertermia.












DAFTAR PUSTAKA

http:// Blog.Dian.Husada.com
Samik Wahab.1996. Buku Ilmu Kesehatan Anak .Vol.2 edisi 15. Jakarta: EGC
Kartika, Dela. 2009. Hipotermia dan Hipertermia.Jakarta: EGC
Markum, A.H.1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.Jilid I. Jakarta:EGC
           










                                  










HIPERTERMI
Dosen Pembimbing     : Vitri SSI T

KELOMPOK 4
1.      Menry Herlina             (11140090)














KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PANDAHULUAN
A.    Latar Belakang …………………………………………………………                              
B.     Rumusan masalah....................................................................................      
C.     Tujuan ………………………………………………………………….      
BAB II
ISI
1.      Definisi Hipertermi………………………………………………........
2.      Faktor Penyebab.....................................................................................
3.      Klasifikasi Hipertermi…………………………………………….......
4.      Komplikasi Hipertermi………………………………………..............
5.      Penatalaksanaan Hipertermi………………………………...................
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………………………
B.     Saran …………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar