BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hipertersi ini biasanya diwariskan sebagai
ciri dominan autoan. Sindrom ini terjadi pada semua penyakit inti
sentral,tetapi tidak terbatas pada niopati tertentu. Gena yang cacat pada lokus
19913.1 terdapat pada penyakit inti sentral maupun hipertermia maligna tanpa
miopati tertentu ini. Sindrom ini jarang terdapat pada sistroti muskularis
duchenne & dustrafi muskularis lain. Pada sindrom tersendiri yang tidak
terkait dengan penyakit otot lain. Anak yang terkena kadang-kadang tidak
memiliki wajah yang aneh semua usia dapat terkena. Bahkan termasuk bayi
prematur yang ibunya mengalami anastesia umum untuk bedah sesar.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa itu hipertermi pada neonatus ?
b. Apa
saja klasifikasi hipertermi
pada neonatus ?
c. Apa
saja factor dari hipertermi
pada neonatus ?
d. Bagaimana
dan apa saja penatalaksanaan hipertermi
pada neonatus ?
C. Tujuan
a. Untuk
mengetahui pengertian hipertermi
pada neonatus.
b. Untuk
mengetahui apa saja klasifikasi hipertermi
pada neonatus.
c. Untuk
mnegetahui apa saja factor hipertermi
pada neonatus.
d. Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari hipertermi
pada neonatus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian
Hipertermi adalah peningkatan
suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC, keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal yaitu suhu
tubuh mencapai sekitar 40o secara terus menerus . Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamusbila mekanisme
pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhuioleh panas
eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).Sengatan panas (heat stroke) per
definisi adalah penyakit berat dengan ciri temperatur inti > 40 derajat
celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat
seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panas
lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat.
Secara etiologi Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak
atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu . zat yang
dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga
menyebabkan demam disebut pirogen . zat pirogen ini dapat berupa protein ,
pecahan protein , dan zat lain . terutama toksin polisakarida , yang dilepas
oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh
dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit .
Lingkungan
yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi.
Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang
udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
B. Etiologi
Hipertermia dapat disebabkan gangguan
otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu . zat
yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu
sehingga menyebabkan demam disebut pirogen . zat pirogen ini dapat berupa
protein , pecahan protein , dan zat lain . terutama toksin polisakarida , yang
dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan
tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit .
Fase
– fase terjadinya hipertermi :
Fase
I : awal
a)
Peningkatan denyut jantung .
b)
Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan .
c)
Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat .
d)
Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi .
f)
Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi .
g)
Rambut kulit berdiri .
h)
Pengeluaran keringat berlebih .
i)
Peningkatan suhu tubuh .
Fase
II : proses demam
a)
Proses menggigil lenyap .
b)
Kulit terasa hangat / panas .
c)
Merasa tidak panas / dingin .
d)
Peningkatan nadi & laju pernapasan .
e)
Peningkatan rasa haus .
f)
Dehidrasi ringan sampai berat .
g)
Mengantuk , delirium / kejang akibat iritasi sel saraf .
h)
Lesi mulut herpetik .
i)
Kehilangan nafsu makan .
j)
Kelemahan , keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein .
Fase
III : pemulihan
a)
Kulit tampak merah dan hangat .
b)
Berkeringat .
c)
Menggigil ringan .
d)
Kemungkinan mengalami dehidrasi .
C. Faktor Penyebab
Ada beberapa faktor penyebab hipertermi antara lain :
1. Suhu badan tinggi (>37,5°C)
2. Terasa kehausan.
3. Mulut kering
4. Kedinginan,lemas
5. Anoreksia (tidak selera makan)
6. Nadi cepat.
7. Pernafasan cepat (>60X/menit)
Ada pun tanda atau Gejala hipertermia pada bayi baru
lahir :
1.
Suhu tubuh bayi > 37,5 °C-
2.
Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit-
3.
Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan
menurun, turgor kulit kurang, jumlah urine berkurang
D. Klasifikasi
Hipertermi
1. Hipertermia
yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a. Hipertermia maligna
Hipertermia
maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini merupakan
miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada
episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka
sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di
hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
Gambaran
klinis meliputi kekakuan otot terutama otot masseter sehingga menyebabkan
rhabdomyolisis, peningkatan CO2 tidal, takikardia, dan peningkatan suhu tubuh
yang cepat (0.50 – 1.00 C tiap 5 - 10 menit, suhu dapat mencapai 440C)
Tatalaksana utama adalah menurunkan suhu tubuh dengan cepat dan agresif dengan
total body cooling (air es/dingin lewat NGT, rectal, dan IV), segera
menghentikan pemakaian obat anestesi, pemberian oksigen 100%, memperbaiki
asidosis, furosemid (1 mg/kgBB), manitol 20% (1 g/kgBB),insulin, dextrose,
hidrokortison, Dantrolone (antidote spesifik 2.5 mg/kgBB IV dan kemudian tiap
5-10 menit) dan mengatasi aritmia.
b. Exercise-Induced hyperthermia
(Exertional heat stroke)
Hipertermia
jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik
intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan
pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih
dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air
dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis,
dan berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi
metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak
dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan
dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus,
phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang
diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen
leukosit).
2. Hipertermia yang disebabkan oleh
penurunan pelepasan panas.
a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari
kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi
pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu
kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu
ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan
suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya
didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang
tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan
prematur/resiko infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang
terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma lahir
Hipertermia
yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir dengan
trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan
komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk
menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan
memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari
390C dilakukan tepid sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.
4) Heat stroke
Tanda
umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit lebih rendah, kulit
teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia,
kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah,
dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit,
trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak
dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu
tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan
suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu
dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan
metabolic yang ada.
5) Haemorrhargic Shock and
Encephalopathy (HSE)
Gambaran
klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan
berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga
berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor
alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai
dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan).
Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris
yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau
gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok
berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 410C),
perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat
yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali
dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis, hipernatremia, peningkatan CPK, enzim
hati dan tripsin, hipoglikemia, hipokalsemia, trombositopenia, penurunan faktor
II, V, hiperfibrinogenemia, dan alpha-1-antitripsin.
Pada HSE tidak ada tatalaksana
khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan
hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80%
dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan
dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi
SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan
tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran
nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat
berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4
bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada
beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda
sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan,
suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk
menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu
hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga
berhubungan dengan SIDS karena dapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat
pernafasan sehingga berakhir dengan apnea. Stanton mengemukakan bahwa 94% (32
dari 34 kasus) SIDS ditemukan meninggal dalam keadaan terbungkus baju rapat
dengan suhu ruangan
yang hangat dan suhu tubuh bayi panas serta berkeringat.
Penyelimutan/pembungkusan bayi yang berlebihan, suhu ruangan yang terlalu
tinggi, dan posisi tidur bayi tertelungkup dapat menyebabkan terbatasnya
pengeluaran panas. Posisi tidur telentang adalah yang paling aman untuk
mencegah SIDS. Infeksi ringan dengan febris yang digabung dengan pembungkusan
bayi berlebihan dapat menimbulkan heat stroke dan SIDS.
E. Komplikasi Hipertermia
Pengaruh hipertermia terhadap sawar
darah otak/ BBB adalah meningkatkan permeabilitas BBB yang berakibat langsung
baik secara partial maupun komplit dalam terjadinya edema serebral.Selain itu
hipertermia meningkatkan metabolisme sehingga terjadi lactic acidosis yang
mempercepat kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema
serebral.Edema serebral (ADO Regional kurang dari 20 ml/ 100 gram/ menit) ini
mempengaruhi tekanan perfusi otak dan menghambat reperfusi adekuat dari otak,
dimana kita ketahui edema serebral memperbesar volume otak dan meningkatkan
resistensi serebral. Jika tekanan perfusi tidak cukup tinggi, aliran darah otak
akan menurun karena resistensi serebral meninggi. Apabila edema serebral dapat
diberantas dan tekanan perfusi bisa terpelihara pada tingkat yang cukup tinggi,
maka aliran darah otak dapat bertambah.
Dengan demikian daerah perbatasan lesi
vaskuler itu bisa mendapat sirkulasi kolateral yang cukup aktif, kemudian darah
akan mengalir secara pasif ke tempat iskemik oleh karena terdapatnya pembuluh
darah yang berada dalam keadaan vasoparalisis. Melalui mekanisme ini daerah
iskemik sekeliling pusat yang mungkin nekrotik (daerah penumbra) masih dapat
diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat diperkecil sampai daerah pusat yang
kecil saja yang tidak dapat diselamatkan lagi/nekrotik.
Apabila sirkulasi kolateral tidak
dimanfaatkan untuk menolong daerah perbatasan lesi iskemik, maka daerah
pusatnya yang sudah nekrotik akan meluas, sehingga lesi irreversible mencakup
juga daerah yang sebelumnya hanya iskemik saja yang tentunya berkorelasi dengan
cacat fungsional yang menetap, sehingga dengan mencegah atau mengobati
hipertermia pada fase akut stroke berarti kita dapat mengurangi ukuran infark
dan edema serebral yang berarti kita dapat memperbaiki kesembuhan fungsional.
F.
Penatalaksanaan Hipertermia Bayi baru lahir
1.
Bila suhu diduga karena paparan panas
berlebihan
2.
Bayi dipindah ke ruangan yang sejuk
dengan suhu kamar sekitar 26°-28°C
3.
Tubuh bayi diseka dengan kain basah
sampai suhu tubuh bayi normal (jangan menggunakan air es).
4.
Berikan cairan dekstrose : NaCl = 1:4
secara intravena sampai dehidrasi teratasi
5.
Antibiotik diberikan bila ada infeksi.
7.
Turunkan suhu alat penghangat, bila
bayi di dalam incubator, buka incubator sampai suhu dalam batas normal
8.
Lepas sebagian atau seluruh pakaian
bayi selama 10 menit kemudian
9.
Beri pakaian lagi sesuai dengan alat
penghangat yang digunakan
10. Periksa suhu
bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batar normal
11. Periksa suhu
incubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan pengatur suhu
12. Manajemen
lanjutan suhu lebih 37,5°C
13. Yakin bayi mendapatkan
masukan cukup cairan
1. Anjurkan ibu
untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusui, beri ASI panas dengan salah satu alternative
cara pemberian minum
2. Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani
dehidrasinya
Setelah suhu bayi normal:
a. Lakukan perawatan lanjutan
b. Pantau
bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu badannya setiap 3 jam
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi
minum dengan serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawat di rumah
sakit, bayi dapat dipulangkan, nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah
dan melindungi dari pancaran panas yang berlebihan
1. Izinkan bayi
mulai menyusu, jika bayi tidak dapat menyusu, berikan perasan ASI dengan
menggunakan metode pemberian makanan alternative
2. Jika terdapat
tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan elastisitas kulit,
atau lidah atau membran mukosa kering) :
a. Pasang slang IV dan berikan
cairan IV dengan volume rumatan sesuai dengan usia bayi
b. Tingkatkan
volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari pertama dehidrasi
terlihat
c. Ukur glukosa darah, jika glukosa darah
kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l), atasi glukosa darah yang rendah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas
terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengaruhi oleh panas eksternal
(lingkungan) atau internal (metabolik).Penyakit berat dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas
dan kering serta abnormalitassistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau
koma yang disebabkan oleh pajanan panaslingkungan (sengatan panas klasik) atau
kegiatan fisik yang berat.
Penanganan
hypertermia pada bayi baru lahir :
1.
Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk
dengan suhu kamar sekitar 25 ºC-28 ºC
2.
Tubuh bayi diseka dengan kain basah
sampai suhu tubuh bayi normal (jangan menggunakan air es)
3.
Berikan cairan dextrose dan Nacl (1:4)
sampai dehidrasi teratasi
4.
Jika ada infeksi berikan antibiotik
Saran
Kami sebagai penulis sangat
membutuhkan kritik dan saran yang sangat berguna bagi kita untuk mengatasi
penyakit hipertermia pada neonatus dan anak balita di bawah umur agar
terhindarnya dari segala penyakit yang sangat berbahaya karena adanya penyakit
hipertermia.
DAFTAR PUSTAKA
http:// Blog.Dian.Husada.com
Samik
Wahab.1996. Buku Ilmu Kesehatan Anak .Vol.2
edisi 15.
Jakarta: EGC
Kartika, Dela. 2009. Hipotermia dan Hipertermia.Jakarta: EGC
Markum,
A.H.1991.
Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak.Jilid
I. Jakarta:EGC
HIPERTERMI
Dosen
Pembimbing : Vitri SSI T
KELOMPOK
4
1. Menry Herlina (11140090)
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I
PANDAHULUAN
A. Latar
Belakang …………………………………………………………
B.
Rumusan masalah....................................................................................
C.
Tujuan ………………………………………………………………….
BAB II
ISI
1.
Definisi Hipertermi………………………………………………........
2.
Faktor Penyebab.....................................................................................
3.
Klasifikasi Hipertermi…………………………………………….......
4.
Komplikasi Hipertermi………………………………………..............
5.
Penatalaksanaan Hipertermi………………………………...................
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan ………………………………………………………………
B.
Saran …………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar