Rabu, 24 April 2013

cara menumbuhkan rasa percaya diri pada anak



Cara menumbuhkan rasa percaya diri pada anak

1. hal pertama yang mempengaruhi rasa percaya diri anak adalah sistem pendidikan di rumah, seperti sudah kita ketahui bahwa rumah adalah sekolah pertama anak kita yang akan terus melekat diotak bawah sadarnya, dan kita orang tua adalah gurunya.
 Nah sebenarnya ini adalah peluang yang bagus bagi bunda dan ayah dalam menerapkan pendidikan yang membentuk karakter positif pada anak, sebelum ada pengaruh dari lingkungan luar rumah bekal pendidikan anak sudah kuat sebelum ia keluar untuk mencari pendidikan tambahan di luar rumah.

2. Bunda berikanlah perhatian pada anak dengan sepenuh hati, luangkan waktu anda untuk bersama-sama dengan anak bermain atau melakukan kegiatan apapun dan berkomunikasilah dengan anak sepenuh hati juga sehingga akan tumbuh rasa percaya diri anak dan rasa percaya anak pada orang tuanya karena sudah terjalin kedekatan antara kita dan anak.

3. Jika anak melakukan kesalahan bunda jangan melabelkannya dengan kata negatif seperti nakal dll, bunda cukup beritahu anak bahwa perbuatan tersebut tidak baik atau kurang tepat dan berikan alasannya kenapa perbutan itu kurang tepat di lakukan oleh anak kita.

4. Bunda berikan arahan yang konsisten sehingga anak akan konsisten juga melakukan arahan dari kita.

5. Bunda jika ingin menanamkan nilai-nilai positif pada anak maka gunakanlah kata-kata yang positif hindari kata-kata negatif seperti tidak boleh, jangan, dll. karena kata-kata seperti ini akan membuat anak kehilangan rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu karena ia akan ragu bahkan takut melakukan kesalahan.

6. Bunda berikanlah pujian dan teguran yang proporsional sesuai dengan usia anak kita dan bunda beri penjelasan kenapa anak di puji dan di tegur sehingga anak akan tahu alasan kenapa kita menegur dan memujinya sehingga anak dapat membedakan perbutan baik dan tidak baik.

7. Bunda jika kita punya lebih dari satu anak jangan membandingkan anak yang satu dengan yang lain karena setiap anak punya kelebihan masing-masing.

8. Bunda lebatkan anak kita saat mengambil keputusan hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak, atau bunda tanya pendapatnya tentang rencana bunda dan ayah sehingga anak merasa di hargai.

9. Bunda doronglah anak kita agar terlibat dalam kegiatan yang melibatkan orang banyak sehingga akan tumbuh sikaf sosial yang positif pada anak, dia akan mengetahui keberagaman, dan rasa saling menghormati dll.

10. Ikutkan anak dengan kompetisi yang mampu meningkatkan rasa percaya diri anak, tetapi bunda perlu menamkan kompetisi yang sehat sehingga saat anak kalah dia tidak menjadi minder atau tidak percaya diri justru malah sebaliknya ia akan belajar lebih giat lagi.




















membangun rasa percaya diri anak adalah salah satu modal yang penting.



Ada 7 tips yang bisa dilakukan untuk menanamkan rasa PD pada anak :
1. Mulai dari diri sendiri.
Jadilah orangtua yang optimis dan jangan banyak mengeluh. Orangtua yang percaya diri tercermin dari perkataan dan perbuatannya, segala sesuatu yang terjadi pada diri kita pasti selalu ada hikmahnya.
2. Abaikan Hal Kecil.
Jangan membebani diri dengan hal-hal kecil yang tidak ada gunanya. Setiap anak pasti akan melakukan kesalahan, tapi bila selama itu bisa ditolerir dan diperbaiki terima saja kesalahan tersebut. Dari sebuah kesalahan sang anak akan banyak belajar. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya dengan cara dia sendiri, bila diminta pendapat barulah orangtua menanggapi dengan bijak dan tak menghakimi.
3. Berpikir Positif
Melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang positif. Jangan membiasakan diri terbakar emosi, tapi berusaha lah untuk senyum dan belajar sedikit untuk melupakan dan akhirnya merasa ’plong’.
4. Memberikan Pujian
Berilah pujian pada anak bila ia sudah melakukan hal yang baik, mendapat prestasi, hargai hal-hal kecil yang sudah diraihnya. Dengan memberikan pujian anak akan menjadi semangat untuk bisa melakukannya lagi. Tak masalah memuji selama tak berlebihan karena ini bagus untuk perkembangannya.
5. Setiap Orang Berbeda.
Jangan pernah mencoba untuk membandingkan antara anak yang satu dengan yang lain sekalipun bersaudara – kembar -. Setiap anak punya karakter yang berbeda dan special. Dibandingkan dengan anak lain akan membuat mereka menjadi kecil hati dan sensitif. Anak kecil lebih peka lo..!
6. Berikan Kesempatan untuk memutuskan.
Membiasakan anak untuk berani berpendapat,berdebat,mempertahankan prinsip memberikan kesempatan anak untuk mengambil keputusan dan melibatkan anak dalam pemecahan masalah. Tentu koreksi dari orangtua tetap diperlukan.
7. Bebas berekspresi.
Terbiasa berpendapat bisa menumbuhkan anak untuk bebas berekspresi. Contoh : jangan pernah melarang anak untuk menangis karena dia anak laki-laki atau tertawa lepas karena dia anak perempuan. Menghardik bukan solusi yang tepat untuk menghentikan luapan emosi anak. Biarkan anak untuk menunjukkan ungkapan2 emosinya menurut caranya, justru cara ini bisa menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Setiap orang tua pasti menginginkan agar anaknya memiliki keberanian dan rasa percaya diri. Anak yang berani menghadapi tantangan, gembira, dan punya ketahanan terhadap stres lebih disukai daripada anak yang selalu mengeluh, marah-marah dan egois. Namun membangun keberanian dan rasa percaya diri membutuhkan waktu,  proses dan tentu saja latihan.
Keberanian dan percaya diri dalam diri anak sedikit banyak dipengaruhi oleh pola pengasuhan orangtuanya. Kepercayaan diri yang dilatih sejak masa tumbuh kembang anak diharapkan akan melahirkan pribadi yang yakin atas dirinya, kompeten, dan menghargai dirinya secara sehat dan positif. Oleh karenanya ini menjadi tugas bagi para orang tua untuk dapat membantu mewujudkan anak menjadi pribadi yang positif tersebut.
Orang tua sesibuk apapun hendaknya tetap memiliki waktu khusus untuk bersama dengan anaknya. Ketika anak meminta perhatian Anda, cobalah untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Tinggalkan sebentar pekerjaan Anda, tatap matanya dan dengarkan ia bicara. Mengabaikannya akan membuat ia merasa tidak berharga, tidak layak untuk diperhatikan, dan ini bisa mengoyak rasa percaya dirinya.
Selain perhatian dan kemauan untuk mendengarkan orang tua juga harus mampu menunjukan sikap menghargai. Biarkan anak melakukan sendiri apa yang sudah bisa ia lakukan. Janganlah terlalu over protective, biarkan anak untuk mencoba sendiri dan mengerti konsep sebab akibat dari suatu tingkah laku. Hal ini diperlukan agar anak terbiasa berfikir dan bersikap mandiri sebelum melakukan sesuatu.
Untuk menumbuhkan keberanian anak harus distimulasi sesering mungkin, salah satunya yaitu dengan memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya. Untuk beberapa masalah anak dapat dilibatkan untuk dimintai pendapatnya.  Hal ini untuk melatih kepekaan dan memiliki jiwa kepemimpinan. Namun tidak semua pendapatnya harus dituruti. Apalagi jika berhubungan dengan kebutuhan orang lain.
Biasakan anak untuk berani mencoba, bertanggung jawab dan berani mengambil resiko. Ajaklah anak untuk bersikap optimis. Apabila anak tidak bisa mengerjakan sesuatu, kondisikan anak untuk tetap berusaha dan katakan pada anak bahwa ia pasti bisa. Semua itu akan membuat ia tahu bahwa Anda percaya ia bisa dan mampu!
Berilah penghargaan kepada anak, sekecil apapun keberhasilan yang dibuatnya. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan dirinya untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar. Apabila ia gagal dalam melakukan  sesuatu, besarkanlah hatinya, yakinkan bahwa dengan usaha dan tentu saja pertolongan dari Allah, suatu saat ia pasti bisa untuk mencapai apa yang diharapkan
Dunia anak itu selalu menggambarkan keceriaan dan kebahagiaan. Maka dari itu, tidak jarang anak-anak cenderung mudah akrab dengan teman sebayanya, meski mereka masih belum mengenal sebelumnya.
Namun terkadang ada juga anak yang minder atau lebih senang memisahkan diri dari lingkungannya. Rasa minder atau kurang percaya diri anak sebagian tumbuh karena perasaan inferiornya.
Rasa minder bisa tumbuh dari perasaan tidak berarti, berbeda dari orang lain, sering disalahkan, tidak pernah mendapat pujian dari perilakunya yang baik, tidak didengar, tidak dihargai, dan tidak dimengerti.
Selain itu, anak balita umumnya menyadari akan kekurangannya karena ia menangkap pandangan lingkungan terhadap dirinya. Bila lingkungan terus mengejek mengenai kekurangannya, maka anak akan merasa jelek jika ia terus menerus dikatakan demikian.
Hal itu semua dapat mengakibatkan si anak sering menjadi penonton pasif, tidak berani tampil, dan tidak berani bergabung dengan teman sebayanya meskipun anak sudah mengenal mereka.
Tentu sebagai orangtua, kita harus menumbuhkan rasa percaya diri si buah hati. Lalu kira-kira bagaimana yah cara mengatasi sikap minder pada anak? Berikut tips atasi sikap minder pada anak:
Bersikap responsif
Terhadap kebutuhan anak sehingga ia merasa didengar, diperhatikan, dihargai. Jika Anda melihat anak bersedih, berikan perhatian kepadanya. Tanyakan apa yang menyebabkan ia bersedih.

Bersikap positif
Jika anak mendapati pandangan dan pendapat lingkungan tentang dirinya adalah positif maka ia juga akan memandang dirinya positif.

Memberi waktu
Meluangkan waktu khusus bersama anak membuat anak merasa dihargai. Perasaan berharga menumbuhkan rasa positif dalam diri anak yang pada gilirannya menumbuhkan konsep diri anak.

Gali potensi anak
Rasa percaya diri anak dapat timbul jika ia mengetahui kelebihan yang dimilikinya. Pupuklah kelebihan anak namun dengan memahami kekurangannya. Beri ia mengembangkan keahliannya dan memerima kekurangannya secara proporsional.

Hindari melebeli anak
Anak yang mendapat label negatif cenderung akan mengkondisikan diri dengan perilaku tersebut.
Beri anak tanggung jawab
Memberi anak tugas tertentu (pertimbangkan usia dan jenis tugas yang diberikan) akan membuat anak terbiasa bertanggung jawab dan mengetahui bahwa ia mampu melakukan sesuatu.
Berilah penghargaan bagi anak
Berilah anak penghargaan (dapat berupa pujian, pelukan, dan lainnya) jika anak berkelakuan baik. (ish/jo)

“Horeee…..aku menang…,” seru Bimo sambil memegang stick games yang ia gunakan untuk bermain. Bimo senang bermain games sendiri daripada bermain bersama anak-anak tetangga maupun teman sekolahnya. Biasanya, begitu pulang sekolah, Bimo langsung masuk kamar dan menyalakan video games kesukaannya. Saking senangnya dengan games, Bimo mulai tidak suka berkumpul bersama papa, mama maupun adiknya. Papa dan Mama merasa bingung dengan sikap Bimo.
Di sekolah, Bimo lebih senang bermain sendiri. Akibatnya Bimo tidak punya banyak teman. Jika gurunya meminta Bimo untuk mengerjakan soal-soal pelajaran dalam kelompok, Bimo merasa takut. Ia tidak mau bergabung dengan teman-temannya karena kurang pede. Bimo mengalami gejala ketidakpercayaan diri. Akibatnya, Bimo tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain, prestasi Bimo pun kurang baik, dan ia cenderung menjadi penyendiri dan individualis. Anak seperti Bimo perlu ditumbuhkan rasa percaya dirinya agar berhasil di masa depan.
Kepercayaan diri adalah perasaan mampu untuk menampilkan dan menyelesaikan suatu karya dengan sukses di hadapan orang lain. Kepercayaan diri penting ditumbuhkan dalam diri anak. Anak yang memiliki rasa percaya diri dapat semaksimal mungkin meraih kesuksesan di masa depan. Bagaimana cara meningkatkan rasa percaya diri pada anak Anda?
Berikut ini ada beberapa tips untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak:
1. Jangan membandingkan anak Anda dengan anak lain.
Membandingkan anak Anda dengan anak lain dapat membuat perasaan anak Anda terluka. Anak Anda menjadi merasa kurang nyaman untuk menjadi dirinya sendiri. Misalnya:“Kenapa kamu tidak bisa rapi seperti sepupumu?”Kamu tidak seperti adikmu yang diam saja jika papa/mama memarahi?”
2. Arahkan anak Anda untuk berkenalan dan bermain dengan anak lain.
Arahkan anak Anda untuk berkenalan dengan anak lain di sekolahnya atau anak lain dilingkungan sekitar. Motivasi anak Anda untuk bermain bersama dengan anak lain, baik didalam rumah maupun diluar rumah.
3. Batasi dan dampingi saat menonton televisi.
Anak yang sering menonton televisi cenderung menjadi anak yang individual. Anda sebagai orangtua sebaiknya menyeleksi dan menjadwalkan acara yang cocok bagi anak Anda. Dampingi anak Anda dalam menonton televisi guna memberikan pengarahan bagi anak Anda.
4. Pilihkan video games yang mengandung unsur edukatif bagi anak.
Anak-anak mudah meniru segala hal yang mereka lihat dan dengar. Sebaiknya Anda memilihkan video games yang mengandung unsur edukatif untuk anak.
5. Ajak anak Anda melakukan kegiatan positif, seperti: menanam tumbuhan, memasak, merapikan perabot rumah tangga dan membersihkan rumah. Keterlibatan anak Anda dalam aktifitas yang Anda lakukan sehari-hari dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak Anda untuk membantu orang lain.
6. Berikan anak Anda pujian setiap saat ia melakukan hal yang baik.
Pujian merupakan penghargaan positif dan bernilai afektif untuk menumbuhkan perasaan aman pada anak. Anak merasa dicintai oleh orang tua.
7. Berikan motivasi dan dukungan terhadap segala hal baik yang ia pelajari.
Motivasi dan dukung anak Anda untuk mempelajari hal baru yang sifatnya baik untuk ia pelajari. Misalnya: anak ingin belajar berenang, belajar bahasa asing, belajar berorganisasi.
8. Biasakan anak Anda untuk membawa barang pribadinya sendiri.
Bila anak Anda terbiasa untuk membawa tas ataupun perlengkapan pribadi mereka sendiri, hal ini dapat membantu anak untuk percaya pada dirinya sendiri bahwa ia mampu untuk mandiri.
Sudahkah Anda menumbuhkan rasa percaya diri anak Anda? Semoga tips ini memberikan wawasan baru untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak Anda.  (Indah Miyati/ Foto Sumber: www.memobee.com)
. Connect before you direct
Sebelum memberikan arahan kepada anak Anda, jongkoklah setinggi level mata anak Anda dan tatap matanya untuk mendapatkan perhatiannya. Ajarlah dia bagaimana untuk fokus: 'Mary, saya butuh perhatianmu', 'Billy, saya butuh kamu mendengarkan ini'. Berikan 'bahasa tubuh' yang sama saat mendengarkan mereka. Pastikan kontak mata Anda tidak terlalu intens sehingga anak Anda menganggap pandangan mata itu sebagai cara 'berkomunikasi' bukan 'mengontrol'.

2. Address the child
Awali permintaan Anda dengan menyebutkan nama anak Anda, Lauren, bisa tolong ...

3. Stay brief
Gunakan aturan 'satu kalimat': letakkan kata arahan di permulaan kalimat. Semakin lama Anda bertele-tele, anak Anda semakin berperi laku 'tuli' dengan isi kata-kata Anda. Terlalu banyak bicara adalah kesalahan paling umum terjadi saat berdialog tentang suatu masalah. Kondisi seperti ini membuat anak Anda merasa bahwa Anda sendiri tidak terlalu yakin dengan apa yang ingin Anda sampaikan. Dan ia akan beranggapan bahwa semakin ia membuat Anda terus bicara, semakin mudah membuat Anda menyimpang dari pokok
masalah sebenarnya.

4. Stay simple
Gunakan kalimat-kalimat pendek dengan kata-kata yang mengandung 1 suku kata. Cobalah dengarkan bagaimana anak-anak berkomunikasi dengan teman sebayanya dan cermatilah caranya. Bila anak Anda sudah memperlihatkan pandangan yang menunjukkan bahwa ia sedang tidak berminat, itu artinya kata-kata Anda tidak lagi dimengerti olehnya.

5. Ask your child to repeat the request back to you
Jika ia tidak dapat mengulanginya, mungkin kata-kata Anda terlalu panjang atau terlalu rumit.

6. Make an offer the child can't refuse
Anda dapat memberikan alasan kepada seorang anak usia 2 atau 3 tahun, khususnya untuk menghindari 'unjuk kekuatan' antara Anda dengannya, misalnya: 'Cepat berpakaian supaya kamu bisa main di luar'. Berikan sebuah alasan untuk permintaan Anda yang memang untuk 'keuntungan' sang anak dan juga 'sulit untuk ditolak' dia. Kondisi ini akan membuatnya tidak mencoba 'unjuk kekuatan' dan mau melakukan apa yang kita inginkan.

7. Be positive
Daripada mengatakan 'Jangan lari-lari!', cobalah dengan: 'Di dalam rumah kita berjalan, di luar rumah kamu boleh berlari'.

8. Begin your directives with I want.
Daripada mengatakan 'Turun!', cobalah dengan: Saya ingin kamu turun'. Daripada, 'Sekarang giliran Becky', cobalah dengan: 'Saya ingin kamu beri giliran buat Becky'. Metode seperti ini berhasil baik untuk anak-anak yang ingin bersikap baik tapi tidak suka 'diperintah'. Dengan mengucapkan,
'Saya ingin,' Anda memberinya alasan untuk 'rela melakukannya' dibandingkan hanya sekadar 'sebuah perintah'.

9. When … then.
'Setelah kamu selesai menggosok gigi, saya akan mulai membacakan cerita'. 'Setelah PR mu selesai, kamu boleh nonton TV'. Kata 'setelah' yang menyatakan bahwa Anda mengharapkan 'kepatuhan', lebih berhasil diterapkan dibandingkan kata 'kalau'. Pemilihan kata ini mengondisikan anak pada suatu pilihan, saat Anda tidak bermaksud memberinya pilihan.

10. Leg first, mouth second.
Daripada berteriak 'Matikan TV, sekarang makan malam!', cobalah untuk berjalan mendekati anak, bergabung dengan keasyikannya nonton TV sebentar,dan setelah itu, saat ada jeda iklan TV, mintalah anak Anda mematikan TV. Berjalan mendekati anak Anda sebelum memintanya melakukan sesuatu memiliki pesan tersirat bahwa Anda serius dengan permintaan Anda. Jika tidak demikian, anak-anak hanya akan menafsirkannya sebagai pilihan belaka.

11. Give choices
'Kamu mau pakai piyama atau gosok gigi dulu?' 'Baju warna merah atau yang biru?'

12. Speak developmentally correctly.
Semakin kecil usia seorang anak, pengarahan Anda seharusnya semakin pendek dan semakin sederhana. Pertimbangkan tingkat pengertian anak Anda. Sebagai contoh, suatu kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua saat bertanya pada anaknya yang masih berusia 3 tahun, 'Kenapa kamu lakukan itu?' Bahkan sebagian besar orang dewasa pun hampir tidak dapat menjawab pertanyaan seperti itu. Cobalah dengan, 'Mari kita bicarakan tentang apa yang baru saja kamu lakukan'.

13. Speak socially correctly
Bahkan anak usia 2 tahun pun dapat belajar mengatakan 'tolong'. Upayakan anak Anda belajar bersikap sopan. Jangan sampai mereka berpikir bahwa 'etika' adalah sebuah 'pilihan'. Berbicaralah kepada anak Anda dengan cara yang Anda inginkan mereka lakukan juga kepada Anda.

14. Speak psychologically correctly.
Kalima pembuka berupa 'ancaman' atau 'menghakimi' cenderung menempatkan anak pada sikap mempertahankan diri. Kata 'kamu' berisi pesan yang membuat seorang anak jadi bungkam. Kata 'saya' berisi pesan yang 'tidak menuduh'. Daripada mengatakan, 'Kamu lebih baik lakukan ini...' atau 'Kamu harus ...', cobalah katakan, 'Saya ingin ...' atau, 'Saya senang sekali kalau kamu ...'. Daripada mengatakan 'Kamu harus membersihkan meja', cobalah katakan, 'Saya butuh kamu untuk membersihkan meja ini'. Sebaliknya, jangan berikan pertanyaan arahan bila tidak ingin mendapatkan jawaban 'tidak'. Contoh: jangan katakan, 'Maukah kamu mengangkat jas mu?', cukup katakan, 'Tolong angkat jas mu.'

15. Write it.
'Mengingatkan' dapat berubah dengan mudah menjadi 'mengomel', khususnya bagi anak-anak pra-remaja yang merasa jika mereka diperintahkan sesuatu akan membuat mereka langsung masuk ke dalam golongan 'budak'. Tanpa mengucapkan 1 kata, Anda dapat berkomunikasi apa saja yang ingin Anda sampaikan. Bicaralah dengan pensil dan notes. Tinggalkan catatan/pesan jenaka untuk anak Anda. Lalu duduklah dan lihatlah apa yang akan terjadi.

16. Talk the child down.
Semakin nyaring anak Anda berteriak, semakin lembut Anda meresponinya. Biarkan anak Anda meluapkan kemarahannya sementara Anda sewaktu-waktu menyela dengan komentar: 'Ok, saya mengerti' atau, ' Boleh saya bantu?' Kadang-kadang hanya dengan memiliki seorang pendengar yang perduli akan meredakan sifat tantrum seorang anak. Jika Anda menghadapinya dengan tingkat kemarahan yang sama dengan anak Anda, Anda harus berhadapan dengan 2 macam tantrum. Jadilah sebagai orang dewasa untuk anak Anda.

17. Settle the listener.
Sebelum memberikan perintah, pulihkan lebih dahulu keseimbangan emosi Anda. Jika tidak, Anda hanya akan membuang waktu saja. Tidak ada satupun yang 'mengendap' dalam pikiran seorang anak bila dia sedang berada dalam kondisi emosi yang tidak baik.

18. Replay your message.
Batita butuh diarahkan ribuan kali. Anak-anak di bawah usia 2 tahun masih sulit memahami arahan-arahan Anda. Sebagian besar anak usia 3 tahunan mulai belajar memahami arahan sehingga apa yang Anda bicarakan mulai 'mengendap' dalam pikiran mereka. Cobalah untuk mulai mengurangi 'arahan yang diulang-ulang' saat anak Anda mulai beranjak lebih besar. Anak-anak pra-remaja bahkan menilai 'pengulangan' ini sebagai bentuk 'omelan'.

19. Let your child complete the thought
Daripada mengatakan, 'Jangan sampai barang-barang kotor dan berantakan ini bertumpuk!,' cobalah katakan, 'Matthew, coba pikirkan di mana kamu mau menyimpan peralatan sepak bolamu ini.'. Membiarkan anak memikirkan hal seperti ini cenderung memberikannya sebuah pelajaran yang bertahan lama.

20. Use rhyme rules.
Misal: 'If you hit, you must sit.'. Mintalah anak Anda mengulangi ritme yang semacam ini.

21. Give likable alternatives.
'Kamu nggak bisa pergi sendirian ke taman itu, tapi kamu bisa bermain di lapangan sebelah'

22. Give advance notice.
'Kita akan segera pergi. Bilang 'bye-bye' ke mainanmu, 'bye-bye' ke teman-temanmu.'

23. Open up a closed child.
Hati-hati dalam memilih kalimat yang bertujuan untuk 'membuka' pikiran dan mulut si kecil yang sedang 'tertutup' ini. Tetaplah pada topik-topik yang Anda tahu bisa membuat anak Anda antusias. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban lebih daripada hanya 'ya' atau 'tidak'. Tetaplah pada hal-hal yang spesifik. Daripada mengatakan, 'Apakah kamu senang di sekolah hari ini?', cobalah katakan 'Apa yang paling menyenangkan yang kamu kerjakan hari ini?'

24. Use When you… I feel… because..
Contoh, 'Kalau kamu lari-lari dan jauh dari mama di dalam toko ini, mama akan sangat khawatir karena mungkin saja kamu akan tersesat'

25. Close the discussion.
Jika memang ada hal yang tidak dapat lagi didiskusikan, katakanlah kepada anak Anda. 'Saya tidak akan berubah pikiran tentang masalah ini. Maaf.' Anda akan menghemat 'kelelahan' dan 'air mata' Anda juga anak Anda. Simpan saja nada 'serius' Anda jika diperlukan nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar