BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Balakang
Sumber energi yang ada di muka bumi
ini pada suatu saat pastinya akan habis. Energi tidak dapat dimusnakan namun
hanyadapat diubah dari bentuk yang satu ke bentukyang lain. Namun dibalik itu
semua, sumber energi atau penggerak energi yang menghasilkan energi tersebut
tidak dapat di perbahaui dan akan habis. Hal ini yang menyebabkan manusia
berpikir keras untuk menghasilkan suatu sumber energi baru dan terbarukan yang
dapat diperbaharui kelangsungannya. Daerah NTT bukan hanya sebuah sabana dan
stepa yang kata orang tandus,namun dibalik itu semua terdapat sumber daya alamm
yang sangat melimpah.
1.2
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini
yakni untuk memberikan pengetahuan kepada setiap orang mengenai sumber energi
yang ada di daerah NTT yang baru dan terbarukan.
1.3
Metode
Penulisan
Metode penulisan yang digunakan
oleh penulis adalah metode kepustakaan. Penulis mengumpulkan infomadi atau
bahan-bahan dari bebagai sumber.
BAB II
ISI
2.1 Sumba Sebagai Pulau Ikonis
Energi Terbarukan
Keseriusan Pemerintah dalam
mendorong pemanfaatan energi terbarukan diwujudkan melalui berbagai
inisiatif dan program. Salah satunya adalah inisiatif untuk mewujudkan
suatu pulau mandiri yang memanfaatkan 100% energi terbarukan untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Pulau ini diharapkan dapat menjadi ‘ikon’ atau
simbol energi terbarukan nasional maupun dunia. Mengingat Indonesia merupakan
negara kepulauan, keberadaan ikon tersebut selanjutnya diharapkan dapat menjadi
model untuk direplikasi di pulau-pulau lainnya.
Berdasarkan studi yang telah
dilaksanakan pada tahun 2009 oleh Hivos, KESDM dan Bappenas, Pulau Sumba
terpilih sebagai pulau yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai Pulau
Ikonis Energi Terbarukan. Hal ini juga didukung oleh PT. PLN (persero) sistem
NTT yang mencanangkan program kelistrikan non-fossil fuel.
Pulau yang terletak di bagian Timur Kepulauan Indonesia tersebut
merupakan pulau yang sebagian besar masyarakatnya masih belum memiliki akses
terhadap energi modern. Rasio elektrifikasinya pada tahun 2011 baru mencapai
30%, jauh dibawah rata-rata nasional yang telah mencapai 72%. Saat ini,
sebagian besar kebutuhan energi masyarakat Sumba dipenuhi dengan bahan bakar
minyak yang harganya sangat mahal, karena harus dipasok dari tempat lain dengan
biaya transportasi yang cukup mahal. Padahal Sumba memiliki potensi energi
terbarukan yang sangat besar, seperti energi air, energi surya, energi angin,
biomassa, biogas, dan energi samudera. Berbagai pertimbangan tersebut kemudian
mendasari pengembangan Sumba sebagai Pulau Ikonis Energi Terbarukan.
Untuk mewujudkan mimpi Pulau Ikonis
tersebut, serangkaian kegiatan telah dilakukan oleh Kementerian ESDM
bekerjasama dengan Hivos (lembaga non-Pemerintah dari Belanda) dan Pemerintah
Daerah Provinsi NTT. Salah satu kegiatan yang baru-baru ini telah dilaksanakan
adalah Seminar dan Lokakarya Penyusunan Kerangka Peta Jalan Multi-Pihak dan
Pembentukan Satuan Tugas Sumba Iconic Island. Kegiatan tersebut
dilaksanakan pada tanggal 15-16 Maret 2012 di Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat
Daya. Seminar dan lokakarya tersebut merupakan pertemuan kedua di Sumba,
setelah pada Maret tahun lalu diselenggarakan pertemuan untuk membahas kajian
KEMA tentang pemanfaatan energi terbarukan di Pulau Sumba yang selanjutnya,
Hivos dan Pemerintah DaerahProvinsi NTT disaksikan oleh Direktur
Bioenergi, Maritje Hutapea, menandatangani nota kesepakatan untuk mengembangkan
Sumba sebagai Pulau Ikonis.
Seminar tersebut bertujuan untuk
mengidentifikasi potensi sumber daya dan mensinergikan program serta kegiatan
pengembangan energi terbarukan di Sumba yang kemudian akan diformulasikan ke
dalam sebuah roadmap (peta Jalan). Dalam sambutan pembukaan,
Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Fransiskus Salem, menyambut baik inisiatif yang
menjadikan Sumba sebagai Pulau Iconic, mengingat energi merupakan penggerak
ekonomi. Kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya untuk meraih komitmen
para pemangku kepentingan, tidak hanya pihak-pihak di Pusat, tetapi yang lebih
penting adalah para pemangku kepentingan lokal di dalam mengembangkan
Sumba sebagai Pulau Ikonis Energi Terbarukan. Meskipun penyusunan peta jalan
tersebut masih dalam tahap awal, namun semangat para pemangku kepentingan lokal
untuk mengembangkan Sumba sebagai Pulau Ikonis Energi Terbarukan sangat tinggi.
Berbagai masukan untuk menentukan langkah selanjutnya telah berhasil didapatkan
dari kegiatan tersebut. Salah satu masukan penting yang diperoleh adalah bahwa
pengembangan Pulau Ikonis tersebut harus didasari dengan pembangunan
kepercayaan, peningkatan kesadaran dan pengembangan kapasitas masyarakat Sumba
itu sendiri. Masyarakat Sumba perlu menyadari bahwa akses energi yang berasal
dari energi terbarukan tersebut merupakan salah satu pintu utama di dalam
mengembangkan potensi ekonominya. Besar harapan bahwa di masa mendatang,
kesejahteraan masyarakat Sumba akan meningkat melalui pemanfaatan energi
terbarukan.
2.2 Keterlibatan Para Pemangku Kepentingan Lokal Merupakan
Kunci Utama Dalam
Mewujudkan Pulau Ikonik
Dalam rangka menginisiasi
terwujudnya Pulau Ikonik tersebut, pada tahun lalu Kementerian ESDM telah
melaksanakan pembangunan pilot project pembangunan 25 unit
biogas skala rumah tangga, dan pada tahun 2012, Kementerian ESDM mempunyai
komitmen untuk mengimplementasikan program tungku hemat energi dan
mengalokasikan dana untuk pembangunan PLTS baik melalui Dana Alokasi Khusus
maupun APBN KESDM
2.3Biogas dari Kotoran Babi, Akses Energi Bersih untuk Masyarakat Sumba
Selanjutnya untuk mendukung sistem
kelistrikan di Sumba dengan memanfaatkan energi terbarukan, BPPT telah
membangun PLTS Terpusat sebesar 500 kW yang diinterkoneksikan ke sistem grid
PLN. PLN sendiri saat ini mempunyai program pembangunan tiga unit PLTMH
dengan total kapasitas sebesar 1,2 MW, dan program pembangunan PLTS di 1000
pulau terisolasi, termasuk Sumba. Unit PLTS yang diberikan dilengkapi dengan
pembagian lampu penerangan melalui program yang bernama Program Super Ekstra
Hemat Energi (SEHEN). Sedangkan Hivos telah melakukan sejumlah studi di
antaranya studi off-grid, potensi biofuel dan biomassa. Melalui
kerjasama dengan BNI, Hivos juga telah membangun percontohan 30 unit biogas
skala rumah tangga di Sumba. Pada tahun ini juga akan dibangun PLTBayu oleh
Winrock sebagai uji coba sebelum pengembangan ke skala komersial. Penjajakan
kerjasama juga sedang dilakukan Hivos dengan Yayasan IBEKA dan PT Sewatama
untuk pembangunan masing-masing PLTMH dan PLT Bayu. Bank Pembangunan Asia juga
sudah berkomitmen untuk memberikan bantuan teknis untuk kegiatan perencanaan,
peningkatan kapasitas SDM dan percontohan energi terbarukan di Sumba.
Permintaan akan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia
dari tahun ketahun semakin meningkat, hal itu menyebabkan harga minyak
melambung dipasaran melambung tinggi. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga
minyak untuk mengurangi sudsidi yang harus ditanggung oleh APBN. Yang menjadi
pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah kita tidak bisa hidup tanpa
menggunakan bahan bakar minyaktersebut.
Ternyata tidak demikian. Sumber energi bahan bakar alternatiftelah banyak
ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya adalah Biogas.
Proses Pembuatan dan penerapan
Teknologi biogas sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru. Berbagai negara
telah mengaplikasikan teknologi ini sejak puluhan tahun yang lalu seperti
petani di Inggris, Rusia dan Amerika serikat. Sementara itu di Benua Asia,
India merupakan negara pelopor dan pengguna biogas sejak tahun 1900
semasa masih dijajahÿ Inggris, negara tersebut mempunyai lembaga khusus yang
meneliti pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural
Research instututeÿ dan Gobar Gas ResearchStation, Lembaga tersebut
pada tahun 1980 sudah mampu membangun instalasi biogas sebanyak 36.000 unit.
Selain negara negara tersebut diatas, Taiwan, Cina, Korea juga telah
memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku pembuatan biogas.
Jika kitaÿ menggantungkan terus pada Bahan Bakar
Minyak (BBM) dan Gas sebagai energi utama tanpa mencari alternatip lain
maka beban hidup akan semakin berat terutama masyarakat kecil pedesaan padahal
ada alternatip yang mudah dengan cara
membuat biogas dari kotoran ternak. Pemerintah
sudah saatnya mengalokasikan sebagian dari pengurangan subsidi BBM untuk
mengembangkan biogas dari kotoran ternak keseluruh pelosak pedesaan.
Sudah saatnya pula kita berfikir dan berusaha
mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan energi alternatip dari kotoran
ternak, karena sudah banyak hasil penelitian ilmiah yang berhasil. Kegiatan
yang harus kita lakukan sekarang adalah mengaplikasikan hasil penelitian
tersebut untuk kepentingan masyarakat. Usaha ini juga harus didukung dengan
mengubah pola pikir masyarakat untuk menerima kehadiran teknologi baru.
2.4.2
Hasil Sampingan Ternak
Ternak sapi, kerbau, kuda, ayam
petelur, kambing banyak dipelihara oleh masyarakat pedesaan sebagai usaha
sampingan selain bercocok tanam. Limbah dari usaha tersebutÿ berupa limbah
padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, kulit telur, lemak,
darah, bulu, kuku dan lain lainnya. Volume dan jenis limbah tergantung pada
jenis dan banyaknya ternak yang dipelihara. Feses, urine, sisa makanan yang
merupakan limbah utama dari ternak selama ini oleh masyarakat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik. Pemanfaatan Limbah ternak selama ini belum optimal,
karena sebelum kotoran ternak itu dijadikan pupuk organik terlebih dahulu dapat
diproses untuk menghasilkan biogas dimana gas itu dapat digunakan untuk memasak
menggantikan minyak tanah ataupun gas LPG.ÿ
Disisi lain, peternakan juga menjadi penyebab timbulnya
pencemaran air, bau tak sedap, mengganggu pemandangan dan bahkan sebagai sumber
penyakit. Kita ingat belum lama ini dengan timbulnya wabah flu burung. Dengan
adanya teknologi biogas seluruh permasalahan lingkungan akibat pencemaran dapat
dikurangi.
2.4.3
Prinsip Pembuatan Biogas
Prinsip pembuatan biogas adalahÿ adanya
dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk
menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki
sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.
Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah
mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi
adalah 30-55øC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan
bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri
adalah gas metan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel : Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran
kotoran ternak dengan sisaÿÿ pertanian
Jenis gas
|
Biogas
|
|
Kotoran sapi
|
Campuran kotoran + sisa pertanian
|
|
Metan (CH4)
|
65,7
|
54 - 70
|
Karbon dioksida (CO2)
|
27,0
|
45 - 57
|
Nitrogen (N2)
|
2,3
|
0,5 - 3,0
|
Karbon monoksida (CO)
|
0
|
0,1
|
Oksigen (O2)
|
0,1
|
6,0
|
Propena (C3H8)
|
0,7
|
-
|
Hidrogen sulfida(H2S)
|
-
|
sedikit
|
Nilai kalor (kkal/m2)
|
6513
|
4800 - 6700
|
Sumber: Harahap, dkk (1978)
2.4.4
Membangun Instalasi Biogas
Bangunan
utama dari instalasi biogasadalah Digester yang berfungsi untuk
menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis
digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding
dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar
kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya
biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk
membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali,
batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang
sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping
digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut
nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik
cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan
proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
1.
Mencampur kotoran sapi dengan air
sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1pada bak penampung sementara.
Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester
2. Mengalirkan
lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertamakran gas yang
ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang adadidalam
digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur
kotoransapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan
penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumensegar
dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5
–5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi
proses fermentasi.
4. Membuang gas
yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah
gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk
gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4
54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
5. Pada hari ke-14
gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau
kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi
biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran
sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu
sehingga dihasilkan biogas yang optimal
Cara pengolahan kotoran ternak
menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk
memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat
dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa
diperbaharui.
2.5 HIVOS Kembangkan Biogas di Pulau
Sumba
Hivos, sebuah organisasi nirlaba
asal Belanda, berkeinginan untuk mengembangkan biogas dan tenaga angin di Pulau
Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Keinginan mengembangkan biogas itu karena
Pulau Sumba dinilai sangat cocok untuk mengembangkan dua energi karena daerah
yang kering dan berbukit dengan padang sabana yang cocok untuk
berkembangbiaknya ternak besar dan kecil, kata Gubernur Nusa Tenggara Timur,
Frans Lebu Raya, di Kupang, Kamis. Dia mengemukakan hal itu kepada wartawan
ketika menjelaskan hasil pertemuan dengan Manager Hivos, Robert de Groot dan
Coordinator Klimaat Energie dan Otwikkeling Hivos, Eco Matser. Biogas adalah
hasil fermentasi dari bahan-bahan organik, seperti kotoran manusia dan hewan
dan limbah rumah tangga. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon
dioksida. Karena tekanan gas metananya cukup rendah, biogas tak mudah meledak.
Menurut Manager Hivos, potensi angin
di Pulau Sumba bisa dijadikan energi alternatif pembangkit listrik karena Sumba
beriklim kering jika dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Sumba
juga adalah daerah bergunung diselingi dataran- dataran sempit. Tanah bagian
atas (topsoil) relatif tipis akibat struktur tanah yang berbatu dengan tutupan
vegetasi, sehingga rentan erosi. Gubernur menjelaskan, hasil survei Hivos yang
dipaparkan Manager Hivon, di Sumba rawan penggundulan hutan untuk kepentingan
kayu bakar sehingga perlu dicarikan energi alternatif untuk menyelamatkan
lingkungan. Sedangkan topografi bergunung sangat potensial terhadap
pengembangan energi pembangkit listrik. "Tetapi hal yang paling penting
adalah apa yang akan dilakukan ini untuk melayani kebutuhan akan listrik di
daerah yang terpencil dan jarang penduduk," kata Lebu Raya. Gubernur Lebu
Raya juga mengingatkan Hivos agar serius merealisasikan program pengembangan
energi alternatif, listrik tenaga angin dan biogas. Di NTT, kata Lebu Raya,
masih punya banyak masalah antara lain, kemiskinan, kekurangan pangan dan
energi. Pemenuhan kebutuhan akan energi baru 31 persen.
"Pemerintah menyambut baik dan
mendukung kerjasama itu, asalkan serius. Diharapkan kehadiran program ini dapat
mendukung pertumbuhan bidang pertanian dan peternakan. Biogas, kata gubernur,
jelas mendukung pengembangan ternak sapi, kuda, kerbau dan ternak kecil
lainnya.
2.6 SkyEnergi Bangun PLTS di Sumba
Timur
Kupang, SkyEnergy, sebuah perusahan
dari Jepang berencana membangun pusat listrik tenaga surya (PLTS) terbesar di
Asia Tenggara berkapasitas tiga mega wat (MW) di Kabupaten Sumba Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).Rencana pembangunan PLTS itu sudah
disepakati melalui penanda tanganan kesepakatan kerja sama (MoU) antara
SKYEnergy dengan pemerintah Kabupaten Sumba Timur, kata Humas PT. PLN (Persero)
Wilayah NTT, Paul Bola, di Kupang.
“Pembangunan PLTS dengan kapasitas
tiga MW di Sumba Timur ini menjadi PLTS terbesar di Asia Tenggara. Selama
ini, PLTS terbesar terdapat di Filipina dengan kapasitas dua MW,”
katanya. Dia mengatakan, pihak investor akan membangun PLTS untuk memproduksi
listrik tiga MW. Listrik tersebut akan dibeli oleh PLN dan kemudian disalurkan
kepada pelanggan atau masyarakat.
Peran pemerintah Kabupaten Sumba
Timur, kata Paul Bola, antara lain, menyiapkan lahan sesuai dengan
kebutuhan investor yang nantinya digunakan untuk lokasi pembangunan PLTS. Dia
mengatakan, pembangunan listrik tiga MW akan meningkatkan rasio elektrifikasi
di Kabupaten Sumba Timur. Hingga Agustus 2009 di Kabupaten Sumba Timur
masih terdapat tujuh kecamatan dan 98 desa yang belum berlistrik.
Bupati Sumba Timur, Gidion MBilijora
secara terpisah mengatakan, pemerintah dan rakyat mendukung penuh rencana
perusahan Jepang yang akan membangun pusat listrik tenaga surya di wilayah itu.
Bupati Gidion yakin, rencana pembangunan pembangkit listrik
itu bukan hanya sekadar sebuah rencana karena pemerintah Jepang sangat serius
membantu masalah kelistrikan di Pulau Sumba.
Mengenai persiapan lahan, Bupati
Gidion menambahkan, pemerintah sedang mengkaji lahan yang cocok untuk
pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga surya sesuai dengan permintaan
pemerintah Jepang. “Pemerintah tentu memberikan dukungan penuh bagi rencana
pembangunan pembangkit listrik di Sumba Timur. Kami sedang menyiapkan lahan
sesuai permintaan,” katanya.
Menurut dia, kehadiran pembangkit
listrik di pulau itu memiliki dampak yang sangat luas bagi perkembangan ekonomi
masyarakat di wilayah itu, karena selain membangkitkan industri kecil
masyarakat, juga akan menarik investor untuk menanamkan modal di Pulau Sumba.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Biogas dangan tenaga
surya yang dikembangkan di daerah Sumba, NTT termasuk dalam golongan energi
yang baru dan terbarukan. Hal ini disebabkan karena biogas yang berasal dari
kotoran hewan dan sinr matahari tidak akan pernah habis atau akan selalu
tersedia sebagai sumber energi bagi manusia. Pemerintah yang bersedia membantu
masyarakat akan menjadikan masyarakat
lebih kreatif dalam mengembangkan sumber daya yang ada di daerahnya
masing-masing.
3.2 Usul Saran
Segala
sesuatu yang ada di sekitar kita dapat dimamfaatkan sebagai seuatu yang berguna
bagi kehidupn kita di hari yang akan datang. Janganlah berhenti mencoba
kreativitas kita karena dengan mencoba, kita akan menghasilkan sesuatu yang
sangat berguna bagi diri kita dan oang lain.